BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tindakan
anastesia lebih telah dikenal sejak lama sebagai upaya untuk mempermudah orang
melakukan tindakan operasi orang mesir menggunakan narkotik , sementara orang
cina menggunakan canabis indica (ganja)
untuk menghilangkan kesadaran sehingga pasien tidak merasakan nyerinya,
tindakan fisik juga pernah dipraktekkan untuk menghilangkan sensasi nyeri,
misalnya dengan membungkus anggota badan dengan kantong es atau membuatnya
iskemik dengan memasang tumiket, bahkan dengan memukul kepala si pasien dengan
tongkat kayu sehinnga membuatnya tidak sadar.
Dari
berbagai teori yang dikemukakan tentang mekanisme terjadinya anastesia,
tampaknya teori neurofisiologi merupakan teori yang dapat menjelaskan
terjadinya anastesia,kini diyakini bahwa anastesia terjadi karena adanya
perubahan neurotransmisi di berbagai bagian SSP, neurotransmitter di
pascasinaps akan diikuti dengan pembentukan second messenger dalam hal ini
cAMP- yang selanjutnya mengubah transmisi di neuron.]disamping asiteilkolin
sebagai neurotransmitter klasik, dikenal juga ketakelamin,serotonin, GABA,
adenosine, serta berbagai asam amino dan peptide endogen yang bertindak sebagai
neurotransmitter di SSP, misalnyaasam glutamate dengan mekanisme hambatan pada
reseptor NMBA (N-metil-D-Aspartat).
Anestesi
dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter
spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien
karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan
secepatnya.
Empat rangkaian
kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:
- Mempertahankan jalan napas
- Memberi napas bantu
- Membantu kompresi jantung bila
berhenti
- Membantu peredaran darah
- Mempertahankan kerja otak pasien.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan growth
hormone dan apakah obatnya .?
2. Apakah yang dimaksud dengan hormone
prolaktin serta apa sajakah obatnya?
3. Apakah yang dimaksud dengan anastesi ?
4. Apakah jenis jenis- dari anastesi
tersebut?
5. Apakah obat anastesi serta bagaimana
dosis, mekanisme kerja,efek samping, indikasi, kontra indikasi, serta sediaan
dari obat tersebut?
C. Tujuan masalah
1. Memahami
pengertian serta obat-obat growth hormone!
2. Memahami pengertian dari hormone
prolaktin!
3. Memahami apa yang dimaksud dengan anastesi
serta obat-obatnya!
4. Memahami mekanisme kerja dosis, sediaan,
efek samping, indikasi kontra indikasi dari obat anastesi !
BAB II
PEMBAHASAN
A.
GROWTH HORMON
Berupa polipeptida dg bm 22.000,merupakan 10% dr berat
kelenjar hipofisis kering.
n Fungsi fisiologi: adalah tehadap pertumbuhan.
n Defisiensi: menyebabkan kekerdilan (dwarfisme),
n Kelebihan hormon ini menyebabkan:
1.
·gigantisme pada anak, dan
2. ·akromegali pada orang dewasa.
n Hormon lain yang juga berperan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan normal yaitu:
1. ·hormon tiroid, insulin, androgen dan estrogen.
n Pemberian hormon pertumbuhan pada penderita
hipopituitarisme menyebabkan pertumbuhan normal apabila pengobatan dimulai cukup
dini.
n Pematangan alat kelamin tidak terjadi tanpa pemberian
hormon kelamin atau gonadotropin.
n Gigantisme dan akromegali tidak pernah dilaporkan
terjadi akibat terapi dg hormon ini.
B.
OBAT GROWTH HORMON
Somatomedin (sulfation factor).
n Somatomedin ialah sekelompok mediator faktor
pertumbuhan. In vitro, somatomedin meningkatkan inkorporasi sulfat ke dalam
jaringan tulang rawan, karena itu zat ini dulu disebut sulfation factor.
Kmd ternyata bahwa masih banyak efek lain yg dpt ditimbulkan shg zat ini
disebut somatomedin.
n Zat dg aktivitas seperti somatomedin juga terdpt dalam
serum manusia; zat ini bertambah pada akromegali dan menghilang pada
hipopituitarisme. In vitro, juga merangsang sintesis DNA, RNA dan protein oleh
kondrosit.
Ternyata efek somatomedin sangat luas, mencakup
berbagai efek hormon pertumbuhan.
n Somatomedin dibuat terutama di hepar, selain itu juga
di ginjal dan otot.
n Zat-zat ini disintesis sebagai respons terhadap hormon
pertumbuhan dan tidak disimpan. Somatomedin menghambat sekresi hormon
pertumbuhan melalui mekanisme umpan balik. Sejml kecil pasien dg gangguan
pertumbuhan familial tak memiliki cukup somatomedin meskipun kadar hormon
pertumbuhannya normal, dan pemberian hormon pertumbuhan pada penderita ini
tidak memperbaiki gangguan pertumbuhan.
PENGATURAN GROWTH
HORMON
n Sekresi hormon pertumbuhan secara fisiologis diatur
oleh hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan faktor penglepas hormon pertumbuhan
(GHRF - growth hormone releasing factor) yg
merangsang sekresi hormon pertumbuhan. Selain itu dalam hipotalamus juga
dijumpai somatostatin (GH-RIH -growth hormone releasing inhibitory
hormone) yg menghambat sekresi beberapa hormon antara lain hormon
pertumbuhan. Dg demikian hipotalamus memegang peran dwifungsi dalam pengaturan
hormon ini.
n Pada waktu istirahat sebelum makan pagi kadar hormon
pertumbuhan 1-2 ng/mt, sedangkan pada keadaan puasa sampai 60 jam, meningkat
perlahan mencapal 8 ng/ml. Kadar Ini selalu meningkat segera setelah seseorang
tertidur. Pada orang dewasa kadar hormon pertumbuhan meningkat terutama hanya
waktu tidur; sedangkan pada remaja juga meningkat waktu bangun. Kadar pada anak
dan remaja lebih tinggi dibanding kadar pada dewasa. Pada anak, hipoglikemia
merupakan perangsang yg kuat shg menyebabkan kadar hormon pertumbuhan
meningkat. Pada hipoglikemia karena insulin misalnya, kadar hormon pertumbuhan
dpt mencapai 50 ng/ml.
n Kerja fislk, stress dan rangsangan emosi merupakan
perangsangan (stimulus) fisiologis utk meningkatkan sekresi hormon ini.
n Beberapa obat dpt mempengaruhi sekresi hormon
pertumbuhan, mungkin dg jalan mempengaruhi sekresi/aktivitas zat-zat pengatur
hormon Ini. Pada orang normal, glukokortikoid dosis besar menghambat sekresi
hormon pertumbuhan. Kemungkinan besar inilah salah satu sebab mengapa pemberian
glukokortikoid pada anak menghambat pertumbuhan.
n Sekresi hormon pertumbuhan yg berlebihan dpt ditekan
dg pemberian agonis dopamin.
Dopamin diketahui merangsang
sekresi hormon pertumbuhan pada orang normal, tetapi pada akromegali
dopamin justru menghambat sekresi hormon tsb. Bromokriptin, suatu agonis
dopamin derivat ergot, dipakai utk menekan sekresi hormon pertumbuhan pada
penderita tumor hipofisis. Efek bromokriptin tidak segera terlihat, penurunan
kadar hormon dalam darah terjadi setelah pengobatan dalam jangka panjang.
Sekresj hormon pertumbuhan kembali berlebihan setelah pemberian bromokriptin
dihentikan. Bromokriptin juga menekan sekresi prolaktin yg berlebihan yg
terjadi pada tumor hipofisis.
n Antagonis serotonin (5-HT) misalnya siproheptadin
dan metergolin, antagonis
adrenergik misalnya fentolamin, juga dpt menghambat sekresi hormon
pertumbuhan, tetapi efeknya lemah dan tidak konsisten. Somatostatin meskipun
dpt menghambat sekresi hormon pertumbuhan, tidak digunakan utk pengobatan
akromegali terutama karena menghambat sekresi hormon-hormon lain.
INDIKASI
n Selama ini indikasi hormon pertumbuhan hanya dibatasi
utk mengatasi kekerdilan akibat hipopituitarisme. Dg ditemukannya cara rekayasa
genetika utk memproduksi hormon ini secara mudah dalam jml besar, ada
kemungkinan penggunaannya utk mengatasi gangguan pertumbuhan akan lebih luas.
Efektifitas hormon ini pada delisiensi partial dan anak pendek yg normal hanya
tampak di awal terapi. Utk indikasi ini sulit ditentukan siapa yg perlu
diobati, kapan pengobatan dimulai dan
kapan berakhir. Juga perlu disertai penanganan psikologis, yg akan sangat
penting artinya bila terapi gagal.
n Berbagai usulan bermunculan dalam 10 tahun terakhir
ini, antara lain anjuran penggunaan pada anak pendek yg tingginya dibawah 10%
populasi dan berespons thd terapi hormon pertumbuhan yg dicobakan dulu selama 6
bulan. Bagaimanapun penggunaan hormon ini pada kasus tanpa defisiensi hormon
berhadapan dg pertimbangan etis. Perlu pertimbangan manfaat-resiko yg lebih
luas yi bukan hanya mempertimbangkan resiko etek samping serius misalnya
akromegali, gangguan kardiovaskular, gangguan metabolisme glukosa yg terjadi
pada kelebihan hormon endogen; tetapi juga resiko kejiwaan pada kegagalan
terapi (perubahan persepsi pendek normal menjadi abnormal).
n Dengan dibuatnya hormon ini secara rekayasa genetik
keterbatasan pengadaan tidak akan menjadi masalah lagi. Kalau faktor biaya juga
tidak menjadi masalah, perlu dipikirkan adanya batasan yg jelas mengenai
indikasinya. Saat ini telah ada laporan penggunaan diluar indikasi yg telah
jelas, misalnya penyalahgunaan oleh atlet utk mencapal tinggi dan bentuk badan
tertentu dan pada orang lanjut usia utk menghambat proses penuaan. Meskipun
penelitian menunjukkan bahwa hormon pertumbuhan menyebabkan hal-hal yg
menguntungkan utk atlet dan orang lanjut usia yi penurunan jml jaringan lemak,
peningkatan jaringan otot, peningkatan BMR, penurunan total kolesterol,
peningkatan kekuatan isometrik dan kemampuan kerja fisik; namun
dampak pemakaian jangka lama belum diketahui, jadi indikasi tsb statusnya masih
taraf penelitian.
n Hormon pertumbuhan perlu diberikan 3 kali seminggu
selama masa pertumbuhan. Pada saat pubertas perlu ditambahkan pemberian hormon
kelamin agar terjadi pematangan organ kelamin yg sejalan dg pertumbuhan tubuh.
Evaluasi terapi dilakukan 6 bulan setelah pengobatan. Terapi dikatakan berhasil
bila terlihat pertambahan tinggi minimal 5 cm. Tampaknya pengobatan lebih
berhasil pada mereka yg gemuk. Pertumbuhan sangat kecil atau hampir tidak ada
pada usia 20-24 tahun. Resistensi, yg sangat jarang terjadi, biasanya
disebabkan oleh timbulnya antibodi thd hormon pertumbuhan; hal ini dpt diatasi
dg menaikkan dosis.
SEDIAAN
n Sediaan hormon pertumbuhan yg mula-mula digunakan
dalam terapi ialah ekstrak hipefisis manusia hasil autopsi (somatropin), sebab
hormon hasil ekstraksi hipofisis hewan tidak efektif pada manusia. Hormon
pertumbuhan hasil rekayasa genetik kini telah digunakan dalam klinik.
Penggunaan hormon hasil rekayasa genetik memperkecil kemungkinan efek samping
yg ditimbulkan oleh bahan protein manusia yg belum tentu bebas penyakit. Hal
ini menjadi masatah setelah ditemukannya kasus penyakit Creutzfeldt-Jacob, yi
degenerasi susunan saraf yg disebabkan oleh virus Creutzfeldt-Jacob yg sulit
dideteksi, shg kontaminasinya dalam sari hipofisis manusia tidak dpt dihindr.
Kasus penyakit yg sangat jarang ini ditemukan pada penderita yg mendpt sediaan
hormon pertumbuhan ekstraksi hipofisis manusia. Karena hal di atas, pada
pertengahan 1985 beberapa negara, antara lain USA, telah melarang penggunaan
sediaan sari hipofisis manusia.
SOMATREM.
n Hormon pertumbuhan yg dihasilkan dg cara rekayasa
genetik ini memiliki 1gugus metionin tambahan pada terminal-N. Hal ini mungkin
menjadi penyebab timbulnya antibodi dalam kadar rendah thd sediaan ini pada +
30% pasien, adanya antibodi ini tak mempengaruhi perangsangan pertumbuhan oleh
hormon. Efek biologisnya sama dg somatropin. Satu miligram somatrem setara dg
2,6 IU hormon pertumbuhan.
KEGUNAAN KLINIK
n Diindikasikan untuk defisiensi hormon pertumbuhan pada
anak. Penggunaan pada defisiensi parsial dan anak pendek normal masih dalam
taraf penelitian. Pemberiannya intramuskular tetapi pemberian subkutan ternyata
sama efektif dan kurang sakit shg lebih disukai. Bila terapi tak berhasil
setelah 6 bulan obat harus dihentikan.
DOSIS
n dosisnya harus disesuaikan kebutuhan perorangan,
maksimum 0,1 mg/kg tiga kali seminggu.
n Dosis total seminggu dpt juga dibagi dalam 6-7 kali
pemberian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa respons lebih baik bila obat
diberikan tiap hari. Pengobatan diteruskan sampai terjadinya penutupan epifisis
atau bila tak ada lagi respons.
EFEK SAMPING.
n Hiperglikemia dan ketosis (diabetogenik) bisa terjadi pada pasien dg riwayat diabetes
melitus.
SOMATROPIN.
n Secara kimia identik dg hormon pertumbuhan manusia,
tetapi dibuat dg rekayasa genetik. Efek biologik sama tetapi tidak ada resiko
kontaminasi virus penyebab penyakit Creutzfeldt-Jacob. Satu miligram obat ini
setara 2,6 IU hormon pertumbuhan.
Kegunaan klinik, Sama
dg somatrem.
EFEK SAMPING
DAN INTERAKSI OBAT.
n Pembentukan antibodi hanya pada 2% pasien, antibodi
ini juga tidak menghambat efek perangsangan pertumbuhan. Glukokortikoid diduga
dpt menghambat perangsangan pertumbuhan oleh hormon ini.
CARA
PEMBERIAN.
n IM dan SC seperti somatrem, begitu pula lama pengobatan. Dosis maksimum 0,06 mg/kg dibagi tiga kali
pemberian dalam seminggu, atau 6-7 kali pemberian dalam seminggu. Ada juga yg
menggunakan dosis sama dg somatrem. Telah diketahui bahwa umumnya pengobatan dg
hormon pertumbuhan menunjukkan respons yg makin lama makin menurun. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa menaikkan dosis pada saat respons menurun dpt
kembali meningkatkan respons, tanpa etek samping pada metabolisme karbohidrat
maupun lipid, Saat penyuntikan mungkin mempengaruhi hasil. Penyuntikan pada
malam hari kurang mempengaruhi pola metabolisme (lipid intermediate, serum
alanin, laktat) dibandingkan pada pagi hari.
C.
HORMON PROLAKTIN
Prolaktin
(hormon yang menghasilkan ASI)
n
Prolaktin
manusia berperan dalam fungsi fisiologik dan keadaan patologik tertentu.
n
Rumus
kimia prolaktin sangat mirip hormon pertumbuhan, sebagian rantai polipeptidanya
identik dg hormon tsb.
n
Satu-satunya
fungsi prolaktin adalah dalam laktasi.
n
Prolaktin
mempengaruhi fungsi kelenjar susu dlm mempersiapkan, memulai dan mempertahankan
laktasi.
n
Fungsi
laktasi dipengaruhi oleh kortikosteroid, tiroid dan hormon kelamin yg semuanya
tergantung pada hormon tropik hipofisis.
n
In vitro
prolaktin melancarkan proliferasi dan diferensiasi saluran dan epitel alveolar
kelenjar susu, juga terjadi peningkatan sintesis RNA dan perangsangan
sintesis protein susu serta enzim utk sintesis laktosa.
n
Pada
manusia prolaktin menghambat sekresi gonadotropin dan kerjanya pada gonad.
n
Hisapan
bayi sewaktu menyusu merupakan perang-sang sekresi prolaktin selama
masa menyusui
n
Meningginya
kadar prolaktin mengakibatkan hambatan thd gonadotropin yg
selanjutnya mempengaruhi fungsi
ovarium.
n
Hal
tersebut menjelaskan infertilitas sementara pd ibu yg menyusui.
Laktogen uri insani (human
placental lactogen).
n
Zat ini
tdp dlm urin serta memiliki efek laktogenik dan aktivitas hormon pertumbuhan.
n
Secara
imunologik zat ini mirip hormon pertumbuhan.
n
Nama
lainnya ialah somatomamotropin korion. Fungsinya diduga
berhubungan dg nutrisi fetus, serta pertumbuhan dan perkembangannya.
PENGATURAN
n
Pengaturan
sekresi prolaktin berada di bawah pengaruh hipotalamus, uniknya faktor penghambat
(Prolactin Release Inhibitoring Hormon - PRIH)
leblh berperan dp faktor perangsang (Prolacting Releasing
Factor - PRF).
n
Obat yg
dpt mempengaruhi kadar prolaktin dalam darah ialah reserpin, haloperidol, imipramin, klorpromazin dan amitriptilin, yg
sebagian merupakan antagonis dopamin.
n
Peningkatan
kadar prolaktin oleh obat ini dpt disertai galaktore, sedangkan derivat ergot
dan I-dopa menghambat sekresi prolaktin.
n
Kadar
normal prolaktin dalam darah 5-10 ng/ml, pada pria sedikit lebih rendah.
n
Kadarnya
meningkat pada masa hamil dan mencapai puncak pada saat partus (200 ng/ml),
juga pada stres fisik dan mental, hipoglikemia dan fluktuasi kadar estrogen.
n
Prolaktin
diduga merupakan salah satu faktor yg berperan dalam terjadinya tumor mama.
n
Pada
tikus pemberian prolaktin meningkatkan insidens tumor mama, tetapi kadar
prolaktin tidak meningkat pada penderita tumor mama.
n
Agaknya
hormon Ini hanya berperan sebagai faktor pembantu yg memudahkan terjadinya
tumor.
n
Pemberian
prolaktin terbukti memudahkan terjadinya tumor mama pada tikus yg diberi zat
karsinogenik.
IMPLIKASI KLINIK
n
Berdasarkan
terdptnya peningkatan prolaktin pada keadaan patologik tertentu, maka
diharapkan penurunan kadar prolaktin pada keadaan tsb dpt memperbaiki keadaan.
n
Pengendalian
kadar prolaktin dpt dilakukan dg pemberian L-dopa atau bromokriptin.
n
Bromokriptin
lebih efektif utk tujuan ini dan dpt mengatasi galaktore, amenore sekunder dan
hambatan ovulasi pada penderita tumor hipofisis anterior.
n
Galaktore
dan amenore hilang dalam beberapa minggu dan kehamilan dpt terjadi. Beberapa
tumor penghasil prolaktin mengecil pada pengobatan dg bromokriptin. Bila
pengobatan dihentikan, tumor akan tumbuh kembali.
Menghentikan laktasi post-partum.
n
Setelah
melahirkan, kadar prolaktin tetap tinggi selama 2-3 minggu.
n
Bila oleh
suatu sebab laktasi harus dihentikan, bromokriptin diberikan selama 14 hari
post partum.
n
Penghentian
bromokriptin setelahnya tidak akan disertai peninggian sekresi prolaktin dan
laktasi. Dalam hal ini, begitu sekresi prolaktin dihambat dan rangsang hisapan
bayi tidak ada maka kondisi hormonal yg diperlukan utk memulai kembali laktasi
hilang.
n
Tanpa
pemberian bromokriptin, laktasi juga akan menghilang dg sendirinya bila tidak
ada rangsang hisapan, tetapi biasanya disertai pembengkakan payudara yg
menimbulkan nyeri.
Hormon Prolaktin
dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian depan yang ada di dasar otak.
Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI, sedangkan rangsangan
pegeluaran prolaktin ini adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (Sinus
Lactiferus). Semakin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara maka semakin
banyak ASI yang diproduksi, sebaliknya apabila bayi berhenti menghisap atau
sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI.
Setiap
isapan bayi pada payudara ibunya akan merangsang ujung saraf di sekitar
payudara. Rangsangan ini diantar ke
bagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin dialirkan
oleh darah ke kelenjar payudara dan akan merangsang pembuatan ASI. Jadi,
pengosongan gudang ASI merupakan rangsangan diproduksinya ASI.
Kejadian dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut refleks
Produksi ASI atau Refleks Prolaktin, dan semakin sering ibu
menyusui bayinya, akan semakin banyak pula produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, maka semakin berkurang jumlah produksi
ASI-nya.
Pada efek lain prolaktin, prolaktin mempunyai fungsi penting lain, yaitu
menekan fungsi indung telur (Ovarium), dan akibatnya dapat memperlambat
kembalinya fungsi kesuburan dan haid, dengan kata lain ASI eksklusif dapat
menjarangkan kehamilan. (Roesli, 2001).
Oksitosin
(hormon yang menghasilkan ASI)
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipofisa
yang terdapat di dasar otak. Sama halnya dengan hormon proaktin, hormon
oksitosin diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara dirangsang oleh isapan
bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot
payudara mengerut disebut hormon oksitosin. Kejadian
ini disebut refleks pengeluaran ASI, refleks oksitosin atau let down
refleks.
Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi
menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI
untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya terperas saat menyusui,
itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveoli) ke
gudang susu (Ductus Lactiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan reflek
prolaktin saja, dan harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila
reflek ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai,
walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks
prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi
ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI. (Roesli, 2001).
Berdasarkan pernyataan di atas maka, refleks oksitosin itu juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan dimana ibu dan bayi
tinggal. Ketidakpedulian akan ketenangan ibu dan bayi akan membuat ibu frustasi
yang akibatnya ibu merasa sedih, bingung, kesal dan marah sebagai dampak
kejiwaan sehingga mempengaruhi kerja hormon oksitosin. Hal tersebut menuntut
lingkungan terdekat yaitu keluarga untuk berperan dalam menciptakan suasana
ketenangan dan kenyamanan ibu dan bayi.
Adapun dalam pemeliharaan laktasi terdapat dua faktor penting yaitu:
1. Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusu, terutama pada hari
neonatal awal. Penting bahwa bayi’difiksasi’ pada payudara dengan posisi yang
benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan
gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola, sehingga tekanan diberikan
kepada ampulla yang ada di bawahnya sebagai tempat tersimpannya air
susu. Dengan demikian bayi minum dari payudara, dan bukan dari papilla
mammae.
Sebagai respons terhadap pengisapan, prolaktin dikeluarkan dari grandula
pituitaria anterior, dan dengan demikian memacu pembentukan air susu yang
lebih banyak. Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu
sejak awal, maka ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau
menggunakan pompa payudara. Tetapi pengisapan oleh bayi akan memberikan
rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara tersebut.
2.
Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi
sebaiknya mengosongkan satu payudara diberikan payudara yang lain. Apabila bayi
tidak mengosongkan payudara yang kedua, maka pada pemberian air susu yang
berikutnya payudara yang kedua ini yang diberikan pertama kali, atau bayi
mungkin sudah kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan
pada pemberian air susu berikutnya. Apabila diinginkan agar bayi benar-benar
puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama (fore-milk)
maupun air susu kedua (hind-milk) pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu
payudara.
D.
OBAT HORMON PROLAKTIN
Reserpin: Reserpine merupakan obat yang disebut rauwolfia alkaloid.
Reserpine bekerja dengan cara mengurangi jumlah zat kimia tertentu dalam otak
(misalnya norepinephrine dan serotonin), yang mana membantu
merendahkan tekanan darah dan mengurangi peradangan pada pasien yang memiliki
masalah mental tertentu.
Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), dan kadang juga digunakan untuk mengobata keadaan psikotik seperti skizofrenia.
Dosis:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi), dan kadang juga digunakan untuk mengobata keadaan psikotik seperti skizofrenia.
Dosis:
1. Dosis
awal:
0.5 mg/hari melalui mulut (per oral), dalam dosis dibagi, selama 2 minggu.
2. Kemudian
kurangi menjadi Dosis Rumatan: 0.1-0.25mg/hari melalui mulut (per oral).
3. Dosis
maskimum:
0.5 mg/hari
Efek Samping:
1. Efek
CNS (sakit kepala, depresi, keadaan mengantuk, kepeningan, kelesuan, mimpi
buruk); efek berturut-turut (hidung tersumbat), efek GI (peningkatan motilitas
GI seperti kram perut, dan peningkatan sekresi asam lambung, dan yang kurang
umum: perubahan nafsu makan, berat badan, mulut kering).
2. Efek
lainnya yang kurang umum: Galactorrhea, peningkatan konsentrasi prolaktin,
impotensi, pengendapan Na (Natrium), edema, ruam, thrombocytopenic purpura.
Instruksi Khusus:
1. Hindari
penggunaan pada pasien pheochromocytoma.
2. Gunakan
dengan hati-hati pada pasien depresi atau yang memiliki riwayat depresi, bisul
perut aktif, radang usus besar (ulcerative colitis), penyakit Parkinson, pada pasien yang lebih
tua, penderita arrhythmias, MI (myocardial infarction), kerusakan
ginjal, batu empedu, epilepsi, allergic bronchial asthma.ir/ir)
Haloperidol:
Haloperidol adalah obat yang dikategorikan ke dalam agen antipsikotik,
antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini diindikasikan untuk kelainan psikotik
akut dan kronik, seperti skizofrenia, gangguan manik, dan psikosis yang
diinduksi obat misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga berguna pada
penanganan pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, obat ini dapat digunakan
pada pasien sindrom mental organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol
sering digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku yang berat.
Secara umum haloperidol menghasilkan efek selektif pada sistem saraf
pusat melalui penghambatan kompetitif reseptor dopamin (D2) postsinaptik pada
sistem dopaminergik mesolimbik. Selain itu, haloperidol bekerja sebagai
antipsikotik dengan meningkatkan siklus pertukaran dopamin otak. Pada terapi
subkronik, efek antipsikotik dihasilkan melalui penghambatan depolarisasi saraf
dopaminergik.
Haloperidol memiliki beberapa karakteristik farmakodinamik.
Konsentrasi plasma terapi obat ini berkisar 4-20 nanogram per mL (0.01-0.05
mikromol per L). Ikatan haloperidol dengan protein dalam darah sangat tinggi
yaitu mencapai 92%. Pada penggunaan secara oral, tingkat absorpsi haloperidol
adalah 60%. Volume distribusinya adalah 18 L/Kg. Sekitar 40% dari dosis oral
tunggal akan dieliminasi melalui ginjal. Biasanya obat ini diekskresikan
melalui urin dalam lima hari. Sejumlah 15% dari dosis oral diekskresikan
melalui feses oleh eliminasi empedu.
Pada remaja dan dewasa, haloperidol sebagai antipsikotik dan
antidiskinetik digunakan secara oral dengan dosis awal sebesar 500 mcg (0.5 mg)
sampai 5 mg sebanyak 2 -3 kali per hari. Peningkatan dosis dapat dilakukan
secara bertahap sesuai kebutuhan dan daya toleransi. Batas dosis pada orang
dewasa adalah 100 mg per hari.
Pada anak-anak yang berusia 3-12 tahun dengan berat badan dalam kisaran
15-40 Kg, haloperidol dikonsumsi secara oral dengan dosis awal 50 mcg (0.05 mg)
per Kg/BB/hari (dibagi ke dalam 2-3 dosis). Sementara itu, pada pasien usia
lanjut dosis yang digunakan adalah 500 mcg– 2 mg sebanyak 2-3 kali sehari.
Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan dan toleransi yang
diperbolehkan.
Efek samping: haloperidol berbeda pada berbagai tingkatan usia. Efek samping
yang sering terjadi pada anak-anak adalah efek piramidal. Sementara itu, pada
pasien usia lanjut efek samping yang sering muncul adalah efek ekstrapiramidal
dan hipotensi ortostatik. Efek samping itu dapat dicegah dengan penggunaan
dosis awal yang lebih rendah dan peningkatan dosis secara bertahap.
Penggunaan haloperidol harus disesuaikan dengan keadaan individu dan
usia pasien. Pemberiannya harus mempertimbangkan faktor risiko dan manfaat
untuk menghindari timbulnya efek samping yang lebih berbahaya. Dengan demikian,
pasien yang menggunakan obat ini harus membaca petunjuk pemakaian dengan
seksama.
Imipramin :
Merupakan suatu senyawa derivat dari dibenzazepin yang karena
struktur kimianya disebut sebagai antidepresi trisiklik. Bersama Amitriptilin
obat ini obat ini paling banyak digunakan untuk terapi depresi dan dianggap
sebagai pengganti penghambat MAO (Monoamin Oksidase) yang tidak banyak
digunakan lagi. Obat ini telah dibuktikan dapat mengurangi keadaan depresi,
terutama depresi endogenik dan psikogenik. Perbaikan berwujud sebagai perbaikan
suasana (mood), bertambahnya aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan
nafsu makan, dan pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya pikiran morbid.
Obat ini tidak menimbulkan euphoria pada orang normal
Antidepresan trisiklik lebih baik dibanding senyawa penghambat
monoamin oksidase dan menimbulkan efek samping yang lebih rendah.
Efek samping: mulut kering, mata kabur,
konstipasi, takikardia dan hipotensi.
Berdasarkan struktur kimia di atas, Imipramin kemudian ditemukan
derivat desmetil yaitu desipramin (demetilasi imipramin). Imipramin merupakan
senyawa prodrug yang di dalam tubuh akan dimetabolisme di hati secara cepat
(N-demetilasi) menjadi bentuk senyawa aktif desipramin. Potensi relatif dari
metabolit desipramin jauh lebih besar dibandingkan dengan imipramin sendiri.
Farmakodinamika Imipramin
Mekanisme kerja Imipramin sebagai antidepresan belum sepenuhnya
diketahui [2]. Namun kemungkinannya Imipramin bekerja dengan cara menghambat
ambilan kembali (reuptake) neuron transmitter seperti norepinefrin dan
serotonin di ujung saraf pada sistem saraf pusat.Berdasarkan struktur kimianya,
obat antidepresi golongan trisiklik pada gugus metilnya terdapat perbedaan
potensi dan selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter.
Amin sekunder yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan amin tertier
menghambat ambilan kembali serotonin pada sinap neuron
Farmakokinetika Imipramin
Imipramin diabsorpsi secara cepat di saluran cerna walau tidak
sempurna (50%). Kadar plasma puncak terjadi pada 0,5 – 1 jam setelah pemberian
per oral. Dengan waktu paruh 16 jam.
Pemberian dosis: 100 – 200 mg/hari.
E.
OBAT ANATESI
Anestesi
(pembiusan; berasal dari bahasa
Yunani an-"tidak,
tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh/ hilangnya sensasi nyeri ( rasa sakit ) yang disertasi maupun
yang tidak disertai hilang kesadaran. Istilah anestesi digunakan pertama kali
oleh Oliver
Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Sesuai Cara Penggunaan
Kebutuhan dan cara kerja anestesi
beranekaragam. Anestesi juga memiliki cara penggunaan yang berbeda sesuai
kebutuhannya. Tak hanya cara disuntikkan saja, tetapi juga dihirup melalui alat
bantu nafas. Beberapa cara penggunaan anestesi ini di antaranya:
A. Melalui Pernafasan
Beberapa
obat anestesi berupa gas seperti isoflurane dan nitrous oxide, dapat dimasukkan
melalui pernafasan atau secara inhalasi. Gas-gas ini mempengaruhi kerja susunan
saraf pusat di otak, otot jantung, serta paru-paru sehingga bersama-sama
menciptakan kondisi tak sadar pada pasien.
Penggunaan
bius jenis inhalasi ini lebih ditujukan untuk pasien operasi besar yang belum
diketahui berapa lama tindakan operasi diperlukan. Sehingga, perlu dipastikan
pasien tetap dalam kondisi tak sadar selama operasi dilakukan.
B. Injeksi Intravena
Sedangkan
obat ketamine, thiopetal, opioids (fentanyl, sufentanil) dan propofol adalah
obat-obatan yang biasanya dimasukkan ke aliran vena. Obat-obatan ini
menimbulkan efek menghilangkan nyeri, mematikan rasa secara menyeluruh, dan
membuat depresi pernafasan sehingga membuat pasien tak sadarkan diri. Masa
bekerjanya cukup lama dan akan ditambahkan bila ternyata lamanya operasi perlu
ditambah.
C.
Injeksi Pada Spinal/ Epidural
Obat-obatan jenis iodocaine dan
bupivacaine yang sifatnya lokal dapat diinjeksikan dalam ruang spinal (rongga
tulang belakang) maupun epidural untuk menghasilkan efek mati rasa pada paruh
tubuh tertentu. Misalnya, dari pusat ke bawah.Beda dari injeksi epidural dan
spinal adalah pada teknik injeksi. Pada epidural, injeksi dapat dipertahankan
dengan meninggalkan selang kecil untuk menambah obat anestesi jika diperlukan
perpanjangan waktu tindakan. Sedang pada spinal membutuhkan jarum lebih panjang
dan hanya bisa dilakukan dalam sekali injeksi untuk sekitar 2 jam ke depan.
D. Injeksi Lokal
Iodocaine dan bupivacaine juga
dapat di injeksi di bawah lapisan kulit untuk menghasilkan efek mati rasa di
area lokal. Dengan cara kerja memblokade impuls saraf dan sensasi nyeri dari
saraf tepi sehingga kulit akan terasa kebas dan mati rasa.
Risiko & Efek Samping Obat
Bius
Menggunakan obat bius memang
sudah merupakan kebutuhan untuk tindakan medis tertentu. Sebagaimana penggunaan
obat-obatan, anestesi juga memiliki risiko tersendiri. Bius lokal, efek samping
biasanya merupakan reaksi alergi. Namun, pada anestesi regional dan umum, Roys
menggolongkan efek samping berdasarkan tingkat kejadian.
1.
Cukup
Sering
Dengan
angka kejadian 1 : 100 pasien, prosedur anestesi dapat menyebabkan risiko efek
samping berupa mual, muntah, batuk kering, nyeri tenggorokan, pusing,
penglihatan kabur, nyeri kepala, pusing, penglihatan kabur, nyeri kepala, nyeri
punggung, gatal-gatal, lebam di area injeksi, dan hilang ingatan sementara.
2.
Jarang
Pada
angka kejadian 1 : 1000 pasien, anestesi dapat berisiko menyebabkan infeksi
dada, beser atau sulit kencing, nyeri otot, cedera pada gigi, bibir, dan lidah,
perubahan mood atau perilaku, dan mimpi buruk.
3.
Sangat
Jarang
Risiko
yang sangat jarang terjadi dengan angka kejadian 1 : 10.000/ 200.000 pasien,
diantaranya dapat menyebabkan cedera mata, alergi obat yang serius, cedera
saraf, kelumpuhan, dan kematian.Efek samping ini bisa permanen jika sampai
menyebabkan komplikasi seperti cedera saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Atau,
pada kasus infeksi dada disertai penyakit jantung, memperbesar risiko
komplikasi penyakit jantung.
Resistensi Bius
Ketika dilakukan anestesi,
terkadang dapat terjadi seseorang tak mendapatkan efek bius seperti yang
diharapkan. Atau, yang kerap disebut resisten terhadap obat bius. Beberapa
kondisi yang bisa menyebabkan seseorang resisten terhadap obat bius di
antaranya:
- Pecandu alkohol
- Pengguna obat psikotropika seperti morfin,
ekstasi dan lainnya
- Pengguna obat anelgesik
Pada orang-orang tadi telah
terjadi peningkatan ambang rangsang terhadap obat bius yang disebabkan efek
bahan yang dikonsumsi dan masih beredar dalam tubuhnya.
Agar Obat Bius Optimal & Aman
Untuk menghindari terjadinya efek
samping dan resistensi terhadap obat bius, sebaiknya pasien benar-benar
memastikan kondisi tubuhnya cukup baik untuk menerima anestesi.
- Menghentikan penggunaan obat anelgetik, paling
tidak 1-2 hari sebelum dilakukan prosedur anestesi.
- Menghentikan konsumsi obat-obatan yang berefek
pada saraf pusat seperti morfin, barbiturat, amfetamin dan lainnya, paling
tidak 1-3 hari sebelum anestesi dilakukan.
- Berhenti mengonsumsi alkohol paling tidak 2
minggu sebelum penggunaan anestesi,
- Berhenti merokok setidaknya 2 minggu sebelum
anestesi dilakukan.
Berdasarkan Sifat
Obat bius memang diciptakan dalam berbagai sediaan dan cara kerja. Namun,
secara awam obat bius atau istilah medisnya anestesi ini dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu anestesi lokal, regional, dan umum.
A.
Anestesi Lokal
Pembiusan atau
anestesi lokal biasa dimanfaatkan untuk banyak hal. Misalnya, perawatan
kecantikan seperti sulam bibir, sulam alis, dan liposuction, kegiatan sosial
seperti sirkumsisi (sunatan), mencabut gigi geraham terakhir atau gigi
berlubang, mengangkat mata ikan, hingga merawat luka terbuka yang disertai
tindakan penjahitan.
Anestesi lokal
merupakan tindakan memanfaatkan obat bius yang cara kerjanya hanya
menghilangkan rasa di area tertentu yang akan dilakukan tindakan. Caranya,
menginjeksikan obat-obatan anestesi tertentu pada area yang akan dilakukan
sayatan atau jahitan. Obat-obatan yang diinjeksikan ini lalu bekerja memblokade
saraf-saraf tepi yang ada di area sekitar injeksi sehingga tidak mengirimkan
impuls nyeri ke otak.
Anestesi lokal
ini bersifat ringan dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu
waktu singkat. Oleh karena efek mati rasa yang didapat hanya mampu
dipertahankan selama kurun waktu sekitar 30 menit seusai injeksi, bila lebih
dari itu, maka akan diperlukan injeksi tambahan untuk melanjutkan tindakan tanpa
rasa nyeri.
Anastesi lokal
ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila di kenakan secara lokal jaringan
saraf dengan kadar yang cukup. Obat ini bekerja dengan tiap susunan
saraf.sebagai contoh bila anastesi local di kenakan pada korteks motoris, impuls
yang dialirkan pada daerah tersebut terehenti, dan bila disuntikkan di dalam
kulit maka transmisi impuls sensorik dihambat.pemberian anastesi local pada
batang saraf menyebabkan paralis sensorik dan motorik di daerah yang
dipersarafinya. Banyak macam zat yang dapat mempengaruhi hantarean saraf, tapi
pada umumnya tidak dapat dipakai karena menyebabkan kerusakan permanen pada sel
saraf. Paralis saraf olehanastesi local yang bersifatreversibe, tanpa merusak
serabur sel saraf.
Anastesi
lokalyang pertama ditemukan adalah kokain, yaitu alkaloid yang terdapat dalam
daun Erythroxlon coca, semacam tumbuhan belukar.
Persyaratan
obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:
- Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan
saraf secara permanen
- Batas keamanan harus lebar
- Efektif dengan pemberian secara injeksi atau
penggunaan setempat pada membran mukosa
- Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan
bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama
- Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang
stabil, juga stabil terhadap pemanasan.
Anatesi lokal yang bersifat ideal
Anastesi local
sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak
merusak jaringan sarafsecar permanen. Kebanyakan anastesi local memenuhi syarat
ini. Batas keamanan harus lebar, sebab anastesi local kan diserap dari tempat
suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup
lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak
demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan, zat anastesi local juga
harus larut dalam air stabil dalam larutan dapat disterilkan tanpa mengalami
perubahan.
Mekanisme kerja
Anastesi lokal
mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf, tempat kerja utamanya di
aksoplasma hanya sedikit saja. Sebagaimana diketahui, potensial aksi saraf
terjadi krena adanya adanya peningkatan sesaat (sekilas) permeabilitas membrane
terhadap ion Na+ akibat
depolarisasi ringan pada membrane.peroses fundamental inilah yang dihambat oleh
anastesi local hal ini terjadi karenma adanya interaksi langsung antara zat
anastesik lokaldengan kanal Na +
yang peka terhadap adanya perubahan
voltase muatan listrik ( voltage sensitive channels) dengan semakin
bertambahnya efek anastesi local didalam saraf, maka ambang rangsang membrane
akn meningkat secara bertahap, kevcepatan peningkatan potensial aksi menurun,
konduksi impuls melambat dan factor pengaman ( safety factor ) konduksi saraf juga berkurang.
Factor – factor ini akan mengakibatkan penurunan menjalarnay potensial aks
dengan demikianmengakibatkan kegagalan konduksi saraf.
Farmakodinamik
Selain
menghambat hantaran saraf tepi, anastesi local juga mempunyai efek samping pada
SSP, ganglia otonom, sambungan saraf otot dan semua jenis serabut otot.
1.
Susunan
saraf pusat ( SSP )
Semua anastesi local menghambat SSP, menyebabkan kegelisahan dan
tremor yang mungkin berubah menjadi kejang klonik, secara umum makinkuat suatu anastesik makin mudah
menimbulakn kejang. Peningkatan ini akan diikuti depresi dan kematian biasanya terjadi karena
kelumpuhan nafas.
Disini penggunaan perangsang nafastidak efektif sebab anastesiklokal
sendiri merangsang pernafasan ; depresi nafas timbul karena perangsangan SSP yang
berlebihan.peranagsangan yang kemudian disusul olehdepresi pada pemakaiananastesik
local hanaydisebabkan. oleh depresi pada
aktifitas neuron. Perangsangan terjadi karena adanya depresi selektif pada
neuron penghambat.
Pada keracunan lanjut, disamping memperbaiki pernafasan, penting
jugan meg gunakan hipnotikuntuk mencegah dan mengobati kejan. Dosis sedative
barbiturate kurang bermanfaat untuk menghentikan kejang akibat keracunan anastesik local. Pada hal
ini Diazepam IV merupakan obat terpilih, untuk mencegah maupun mengobati
kejang. Kokain sangat kuat merangsang korteks dan menimbulkan adiksi pada
penggunaan berulang,sebaliknya anastesi local sintetik umumnya kurang
merangsang korteks dan tidak menyebabkan adiksi.
2.
Sambungan
saraf otot dan ganglion
Anstesik local dapat mempengaruhi transmisi disambungan saraf otot,
yaitu menyebabkan berkurangnya respon otot atas rangsangan saraf atau suntikan
asitelkolin antra- arteri sedangkan
perangsangan listrik langsung pada otot masih menyebabakan kontraksi. Prokain
dapat mengurangi produksi asetilkoli pada ujung saraf motorik, khasiat prokain
dan fisostigmin berlawanan. Prokain dan korare bersifat adiktif. Berbeda dengan
kurare prokain mempunyai efek nyata pada akhir serabut praganglion pada sel
ganglion.
3.
System
kardiovaskular
Pengaruh utama pada anastesi local pada miokard adalah menyebabkan
penurunan ekitabilitas, kecepatan konduksi dan kontaraksi. Anastesik local
sintetik juga menyebabkan vasodilatasi arteriol. Efek anastetik lokal terhadp
system kardiovaskular biasanya baru terlihat sesudah dicapai kadar obatsistemik
yang tinggi dan sudah menimbulkan efek pada SSP. Walaupun jarang pada pemakaian
anastetik local dosis keciluntuk anastesia infiltrasi dapat terjadi kolaps
kardiovaskular dan kematian. Mekanisme belum de]iketahu diduga karena henti
jantung sebagai akibat kerja anastesi local
pada nodu SA dan timbulnya fiblirasi ventrikel secara mendadak . keadaan
ini masuknya zat anastetik local ke ruang intravascular secra tidak sengaja,
terutama bila zat anastetik local
tersebut mengandung epinefrin.
4.
Otot polos
In vitro maupun in vivo, anastetik
local berefek spasmolitik yang tidak
berhubungan dengan anastetik. Efek spasmolitik ini disebabkan oleh depresi
langsung pada otot polos. Depresi pada reseptor sensorik sehinga menyebabkan
hilangnya tonus reflex setempat.
5.
Alergi
Dermatitis alergi serangan asma atau anafilaktik yang fatal dapat
timbul akibat anastetik local. Reaksi alergi ini terutama terjadi pada
penggunaan obatanastetik local golongan obat ester, yang pada
hidrolisisdihasilakn asam paraaminobenzoat (PABA) dan PABA inilah yang diduga
menyebabkan timbulnya alergi tersebut.
KOKAIN
Kokain atau Benzoilmetillekgonin di dapat dari daun Erythoxylon
coca, dan spesies Eryhthoxylon lainnya. Yaitu tumbuhan yang tumbuh di daerah
peru dan Bolivia.
Famakodinamik
Efek kokain yang palin penting yaitu menghambat hantaran saraf,
bila dikenakan secara local efek
sistemiknya yang paling mencolok adalah pada SSP.
1.
Susunan saraf pusat
Kokai merupakan perangsang korteks yang paling kuat . pada manusia
zat inimenyebabkan banyak bicara,gelisah dan euphoria, ada petunjuk bahwa
kekuatan mental bertambah dan kapasitas otot meningkat. Hal ini mungkin
disebabkan olehberkurangnya rasa lelah, adiksi dan toleransi terhadap efek ini
etrjadi pada pemaikaian kokain berulang.
2.
System
kardiovaskular
Kokain dosis kecil memperlambat kerja jantungakibat perangsangan
pusat vagus, pada dosis sedang denyut jantung bertambahkarena perangsangan
pusat simpatisdan efek langsung pada system saraf simpatis. Pemberian Kokain IV dengan dosis besar dapat
menyebabkan kematian mendadak karena
payah jantung sebagai akibat efek toksik langsung pada otot jantung. Pemberian
kokain sistemik umumnya dapat menyebabkanpenurunan tekanan darah walaupun mula-
mula terjadi kenaikan akibat vasokontriksi ini disebabkan oleh perangsangan
vasomotor secara ventral.
3.
Otot
skelet
Tidak ada bukti bahwa kokain dapat menambah kekuatan kontraksi otot.
Hilangnya kelelahan disebabkan oleh perangsangan sentral.
4.
Suhu badan
Kokain mempunyai daya pirogen kuat kenaikan suhu badan disebabkan
oleh 3 faktor yaitu :
a.
Penambahan
aktifitas otot akan meninggikan produksi panas
b.
Vasokontriksi
menyebabkan berkurangnya kehilangan panas
c.
Efek langsung pada pusat pengatur suhu,
Pada keracunan kokain dapat menyebabkan pireksia.
5.
System
saraf simpatik
Pada organ yang mendapat persaraf simpatis, kokain mengadakan
potensiasi responsn terhadap norepinefrin, epinefrin dan rangsangan saraf
simpatis. kokain merupakan satu- satunya anastesi yang memepunyai sifat
sensitisasi terhadap katekolamine dan hal inlah yang menyebaakan kokain dapat
menimbulkan vasokosntriksi dan midriasis.
Efek anastetik local.
Efek local kokain terpenting taitu kemampuyannya untuk memblokade
konduksi saraf. Atas dasar efek ini,
pada suatu masa kokain pernah digunakan secara luas untuk tindakan
dibidang oftalmologi : tetapi kokain ini dapat m,engakibatkan terkelupasnya
epitel kornea.atas dasar ini, dan adanya kemungkinan menyalahgunakan obat ,
maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk pemakaian topical,
khususnya untuk anastesi saluran nafas atas.
Farmakokinetik
Walaupun vasokonstriksi local menghambat absorbs kokain, kecepatan
absorsi masih melebihi kecepatan detoksikasi dan keskresinya sehingga kokain
sangat toksik. Kokain di absorsi dari segala tempat,temasuk selaput lender.pada
pemberian oral kokain tidak efektif karena di dalam usus sebagian besar
mengalami hidrolisis. Sebagian besar kokain mengalami detoksikasi di hati, dan
sebagian kecil di eksresi bersama urin dalam utuh. Diperkirakan hati dapat
melakukan detoksikasi kokain sebanyak satu dosis letal minimal dalam 1 jam ;
detoksikasi kokain tidak secepat detoksikasi anastetik local sintetik.
Intoksikasi
Kokain sering mneyebabkan keracunan akut. Diperkirakan besarnya
dosis fatal adalah 1,2 gram, tetapi keracunan hebat dengan dosis 12 mg/ pernah
dilaporkan .gejala keracunan terutama berhubungan dengan perangsangan SSP.
Pasien mudah terangsang, gelisah, banyak bicara, cemas dan bingung.refleks
meningkat disertai sakit kepala, nadi cepat, nafas tidak teratur dan suhu badan
naik. Juga terjadi midriasis, eksotalmis,mual, muntah, sakit perut dan kesemutan.selanjutnya
dapat timbul delirium, pernafasan Cheyne-stokes, kejang penurunan kesadarandan
akhirnya kematian disebabkan henti nafas. Keracunan ini berlangsung cepat,
mungkin karena kecepatan absorbs yang abnormal dan efek toksik pada jantung.
ANASTETIK LOKAL SINTETIK
Prokain:
Nama obat (merek) Extracain 2 % 2 ml ampulNama generik(isi obat)
Procaine HCL 2 %Jumlah dosis (mg/g) 100 ampul 2 mlIndikasi obat Anestesi lokal
Kontraindikasi obat Digunakan untuk pasien alergi (asma, urticarial), epilepsy, anak-anak dibawah 30 bulan gangguan kondiksi jantung, kerusakan hati, lansia, syok
Farmakokinetik Variasi koefisien procain=0,02 dan pH 8,9. setelah injeksi difusi sangat cepat dan luas, memberikan efek optimal dr 2 menit-40 menit. Masuk ke dalam hati, kemudian dihidrolisis di plasma oleh pseudocholinesterase dalam asam paraaminobenzoid. 80% dari asam paraminobenzoid di kombinasikan atau dikeluarkan dalam unit, 20% di metabolis di hati. Eliminasi berakhir beberapa menit.
Kontraindikasi obat Digunakan untuk pasien alergi (asma, urticarial), epilepsy, anak-anak dibawah 30 bulan gangguan kondiksi jantung, kerusakan hati, lansia, syok
Farmakokinetik Variasi koefisien procain=0,02 dan pH 8,9. setelah injeksi difusi sangat cepat dan luas, memberikan efek optimal dr 2 menit-40 menit. Masuk ke dalam hati, kemudian dihidrolisis di plasma oleh pseudocholinesterase dalam asam paraaminobenzoid. 80% dari asam paraminobenzoid di kombinasikan atau dikeluarkan dalam unit, 20% di metabolis di hati. Eliminasi berakhir beberapa menit.
Lidokain
:
(neo-Novutox®, Xylocain®, Xylestesin®)
Lidokain adalah anestetik lokal kuat
yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestesia
terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama, dan lebih ekstensif daripada yang
ditimbulkan oleh prokain. Kekuatan kerja 4 kali prokain
sedangkan toksisitasnya 2 kali
prokain. Pada larutan 0,5 % toksisitasnya sama, tetapi pada larutan 2 % lebih
toksik daripada prokain. Lebih efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor,
tetapi kecepatan absorpsi dan toksisitasnya bertambah. Tidak diuraikan oleh
hidrolase, tetapi di-biotransformasi secara oksidatif (antara lain dealkilasi
pada nitrogen). Pada pemakaian lidokain bersamaan dengan simpatomimetik harus
dihindarkan.
sediaan
Untuk
anestesia infiltrasi : larutan 0,25-0,5 %
Untuk
anestesia konduksi dan topikal : larutan 1-2 %
Untuk
anestesia permukaan : larutan 1-4 %
farmakokinetik
Lidokain
mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat melewati sawar darah otak.
Efek samping
Efek samping lidokain biasanya
berkaitan dengan efek terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing, parestesia,
gangguan mental, koma, dan seizures. Lidokain dosis berlebihan dapat
menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung.
indikasi
Lidokain sering digunakan secara
suntikan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf, anestesia epidural, ataupun
anestesia kaudal, dan secara setempat untuk anestesia selaput lendir.
Aritmia
jantung. Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung, karena itu juga
digunakan
sebagai antiaritmia .
jenis obat lidokain :
1. EMLA
lidokain 25 mg,prilokain 25 mg per gram. Indikasi ; anastesi topical pasa kulit
yang berhubungan dengan penggunaan jarum suntik, prosedur pembedahan
superficial,
Kontraindikasi : methemoglobinemia congenital atau idiopatik, perhatian : pada gangguan sekitar mata
dapat menyebabkan iritasi mata, iritasi kornea dan abrasi kornea.
Efek samping : reaksi local ringan seperti kepucatan,eritema,edema. Jarang
reaksi alergi ( syok anafilaktik ) dosis
; krim oleskan pada lapisan yang tebal dan gunakan secara tipis , dewasa
kira kira 1,5 gr/10 cm2
2. Extracaine
Lidokain hidroklorida 2 % adrenalin
1 : 80.000 tiap ml,injeksi, indikasi :
anastesi local, kemasan : dos 100
amp 2 ml.
3. Lidodex
Lidokain hidriklorida 50 mg/ml, indikasi : anastesi local,kontra indikasi : hipotensi, perhatian : penderita kerusakan hati
dosis lidokain sekecil mungkin,penderita renal insufisiensi. Dosis : 1 amp, max 2 ml.kemasan: dos 5 amp 2 ml.
4. Lidonest
Lidokain 50 mg/g salep, indikasi : penghilang rasa sakit.dosis : beberpa kali sehari, oleskan
tipis pasa daerah yang sakit. Kemasan :
tube 10 g salep.
5. Pehacain
Lidokain hidroklorida 2 % dalam
larutan epinefrin (1 : 80000) tiap 2 ml injeksi. Indikasi : anastekum local. Perhatian
: hati – hati tehadap kemungikan nekrosis untuk pemakaian di daerah akral. Dosis ; 1 amp secara IM/SK kemasan :
dos 20 amp 2 ml.
6. Topsy
Lidokain 2,5 % prilokain 2,5 % indikasi : berbagai tindakan pada kulit
intak yang memerlukan efek analgesic local. Kontra indikasi : pasien yang sensitive terhadap anastesi local
golongan amida, anak usia < 12 bulan. Efek
samping : dapat menyebabkan eritema, kepucatan bersifat local dan
sementara.
7. Xylocaine
Lidokain 20 mg/ml injeksi atau jeli
; spray 10% .indikasi :anastesi
infiltrasi,perifer dan blok saraf pusat. Dosis
; sesuaikan dengan keadaan. Kemasan
: polyampul 20 ml 2%
Bupivacaine HCl
Indikasi : analgetik pacsa operasi, penghambat nyeri
terapi, anastesia kebidanan , anastesia epidural.
Dosis : maksimum 2mg/KgBB tiap 4 jam sampai dengan 400
mg/hari.
Kontra indikasi :anastesi regional IV. Anastesi
epidural pasien dengan hipotensi tak terkoreksi.
Perhatian : epilepsy, gangguan konduksi
jantung, tergunjang, kerusakan hati, miestenia gravis.
Efek samping : gelisah,pusing, pandangan kabur,
gangguan gastrointestinal, kejang otot, mudah lelah, eksitasi,mati rasa lidah,
gagalpanas, hipotensi, bradikardia, methemoglobinemia,
Interaksi obat :
potensiasi efek obat jantung/antiaritmia.
Jenis obat bupivakain HCl
1.
Decain
spinal 0,5 % heavy
2.
Marcain
3.
Marcain
spinal
4.
Regivell
ANASTETIK LOKAL SINTETIK LAIN
Anastetik local yang diberikan secara suntikan :
Dibukain:derivate kuinolin
ini, merupakan anastesia local yang paling kuat , paling toksik, dan mempunyai
masa kerja panjang. Dibandingkan denag prokain , dubukain kira – kira 15 kali
lebih kuat dan toksik dengan masa kerja 3 kali lebih panjang. Sebagai preparat
suntik, dibukain sudah tidak digunakan lagi, kecuali untuk anastesia spinal,
penggunaannya masih cukup popular di beberapa Negara luar di luar Amerika umumnya tersedia dalam bentuk krim 0,5% atau
salep.
Mepivakain HCL : anastetik
local golongan amida ini sifat
farmakologinya mirip lidokain, mepivakain ini digunakan untuk anastesia
infiltras, blockade saraf regional anastesia spinal. Sediaan untuk suntikan
berupa larutan 1:1,5 dan 2 %. Mepivakain lebih toksik terhadap neonatus dan
karenanya tidak digunakan untuk anastesia obstetric. Mungkin ini ada
hubungannya dengan pH darah neonatus yang lebih rendah, yang menyebabkan ion
obat terperangkap, dan memperlambat metabolismenya.pada orang dewasa indeks
terapinya lebih tinggi daripada lidokain, tetapi lama kerjanya lebih panjang
sekitar 20%. Mepivakain tidak efektif sebagi anastesik topical.
Tetrakain : tetrakain
adalah derivate asam paraaminobenzoat. Pada pemberian IV, zat ini 10 kali lebih
aktif dan lebih toksik dari prokain. Obat ini digunakan untuk segala macam
anastesia, untuk pemakaian topical pada mata digunakan larutan tetrakain 0,5%
untuk hidung dan tenggorokan larutan 2%. Pada anastesia spinal, dosis total
10-20 mg.
Sejak
diperkenalkannya bupivakain , tetrakain jarang digunakan untuk blockade saraf
perifer, sebab di perlukan saraf yang besar adan mula kerjanya lambat, serta
dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik. Namun, bila diperlukan masa
kerja yang panjang pada anastesia spinal, digunakan tetrakain.
Prilokain HCL:
dengan jenis obat: Estesia, prilokain 25 mg. Indikasi; anastesi topical pada kulit
utuh. Kontraindikasi: kerusakan pada
membrane timpani, tidak direkomendasikan pada bayi< 6 bulan.efek samping : gatal, edema, kepucatan,
reaksi alergi, syok anafilaksis.
Perhatian: luka terbuka dan membrane mukosa, dermatitis atopic, tidak digunakan pada amata dandaerah
sekitarnya, hamil, laktasi, methemoglobonemia dosis ; oleskan dengan lapisan tebal1,5 g/10 cm2, lalu
tutup dengan kasa pembalut.
Anastetik local yang diberikan secara topical
Beberapa
anastetik local sangat toksik bila secara suntikan,sehingga penggunaannya
terbatas pada pemakaian topical di mata, selaput lendir, atau kulit. Beberapa
anastetik lokal yang lebih tepat untuk
anastesia infiltrasi atau untuk blockade saraf, digunakan secara topical.
Benzokain,
absorbsinya lambat karena sukar larut dalam air, sehingga relative tidak toksik,
benzokain dapat digunakan langsung pada luka
dengan ulserasi dan menimbulkan anastesia yang cukup lama. Selain
sebagai salep dan sipositoria, obatini dapat juga sebagai bedak.
B.
Anestesi Regional
Anestesi jenis
ini biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu dalam kondisi
sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila pasien
tak sadar. Misalnya, pada persalinan Caesar, operasi usus buntu, operasi pada
lengan dan tungkai.
Caranya dengan
menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama pengantar register rasa nyeri
ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam tulang belakang. Sehingga, obat
anestesi mampu menghentikan impuls saraf di area itu.
Sensasi nyeri
yang ditimbulkan organ-organ melalui sistem saraf tadi lalu terhambat dan tak
dapat diregister sebagai sensasi nyeri di otak. Dan sifat anestesi atau efek
mati rasa akan lebih luas dan lama dibanding anestesi lokal.
Pada kasus
bedah, bisa membuat mati rasa dari perut ke bawah. Namun, oleh karena tidak mempengaruhi
hingga ke susunan saraf pusat atau otak, maka pasien yang sudah di anestesi
lokal masih bisa sadar dan mampu berkomunikasi, walau tak merasakan nyeri di
daerah yang sedang dioperasi.
C.
Anestesi Umum
Anestesi umum
atau bius total adalah anestesi yang biasanya dimanfaatkan untuk tindakan
operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih
panjang. Misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah
rekonstruksi tulang, dan lainnya.
Caranya,
memasukkan obat-obatan bius baik secara inhalasi (pernafasan) maupun intravena
(pembuluh darah vena) beberapa menit sebelum pasien dioperasi. Obat-obatan ini
akan bekerja menghambat hantaran listrik ke otak sehingga sel otak tak bisa
menyimpan memori atau mengenali impuls nyeri di area tubuh manapun, dan membuat
pasien dalam kondisi tak sadar (loss of consciousness).
Cara kerjanya,
selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia,
juga merelaksasi seluruh otot. Maka, selama penggunaan anestesi juga diperlukan
alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ
vital melakukan fungsinya selama operasi dilakukan.
jenis
anastesi umum
Anestesia umum adalah tindakan
meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih
kembali (reversibel). Komponen anesthesia yang ideal terdiri:
1. hipnotik
2. analgesia
3. relaksasi otot
Keadaaan anestesi biasanya
disebut anestesi umum, ditandai oleh tahap tidak sadar diinduksi, yang selama
itu rangsang operasi hanya menimbulkan respon reflek autonom. Jadipasien tidak
boleh memberikan gerak volunteer, tetap perubahan kecepatan pernapasan dan
kardiovaskuler dapat dilihat.
Keadaan anestesi berbeda dengan
keadaan analgesia, yang didefinisikan sebagai tidak adanya nyeri. Keadaan ini
dapat ditimbulkan oleh agen narkotika yang dapat menghilangkan nyeri sampai
pasien sama sekali tidak sadar. Sebaliknya, barbiturate dan penenang tidak
menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar.
Banyak teori telah dikemukan,
tetapi sampai sekarang belum ada keterangan yang memuaskan bagaimana kerja obat
anestetika. Ditinjau dari vaskularisasi, jaringan terbagi atas:
- kaya pembuluh darah, contoh otak dan organ
lainya, misalnya jantung, ginjal, hati dsb.
- miskin pembuluh darah, contoh jaringan lemak,
tulang, dsb.
Obat anestetika yang masuk
kepembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar ke jaringan. Yang pertama
terpengaruh oleh obat anestetika ialah jaringan yang kaya akan pembuluh darah
seperti otak, sehingga kesadaran menurun atau hilang, hilangnya rasa sakit.
MEDIKASI
PRA-ANASTETIK
Tujuan medikasi pra
anastetik ialah untuk mengurangi rasa cemas menjelang pembedahan memperlancar
induksi, menguragi kegawat akibat anastesia. Selain itu obat obat ini
mengurangi hipersalivasi,bradikardia,dan muntah yang muncul sesudah maupun
selama anastesia. Ada 5 golongan obat yang yang diberiakn sebgai medikasi pra
anatetik yaitu analgesic narkotik,sedative barbiturate,benzidiazepin,
antikolirgenik dan neuropletik.
Analgesik
narkotik/morfin
Morfin adalah analgesic
pertamayang digunakan untuk mengurangi cemas dan ketegangan pasien menghadapi
pembedahan, menguragi nyeri, menghindari takipneu pada anstesia dengan
trikloretilen, dan membantu agar anastesia dapat berlangsung dengan baik. kini
dikenal 20 jenis jenis opioid yang dapat digunakan untuk tujuan ini. Kelompok
obat ini juga memiliki sifat anasteteik
yang dapat mengurangi KAM , tetapi ia tidak digunakan untuk tujuan
anastesiakarena untuk ini ternyata dibutuhkan efek yang berpengaruh terhadp SSP
lainnya.dengan tehknik anastesia yang berimbang, dampak buruk morfin ialah
memperpanjang waktu pemulihan dan depresi kardiovaskular, dapat diatasi mual
dan muntah eksitasi serta nyeri pasca bedah dapat dikurangi.
Morfin 8-10mg yang
diberikan IM biasanya cukup untuk tujuan diatas, sedangkan dosis 0,01-0,2 mg/kg
IV cukup untuk menimbulkan analgesia dalam analgesia berimbang dengan
N2Odoperlukan morfin sampai 3mg/kgsedangkan bila digunakan anastetik inhalasi
lainnya dianjurkan dosis tidak lebih dari 1-2 mg/kg BB
Opioid lain yang digunakan sebagai medikasi pra-anastetik
sesuai dengan kekuatannya ialah Sulfetanil (1000 kali) >remifantanil (300
kali) > fentanil (100 kali ) > alfentanil (15 kali) > morfin (1 kali )
> meperidin (0,1 kali ). Dosis meperidin umumnya adalah 50 -100 mg IM/subkutan IV, sedangkan dosis
fentanil adalah 0,05-0,1 mg IM/IV meperidin 12,5-50 mg IV juga efektif untuk
mengatasi mengigil akibat berbagai akibat dari anastesi.
Barbiturat
Golongan barbituran
biasanya digunkan untuk menimbulkan sedasi pentobarbital dan sekobarbital
digunakn secar oral atau IM dengan dosis100-150 mg pada orang dewasadan 1 mg/kg
BB pada anak diatas 6 bulan. Keuntungan menggunakan barbiturat adalah tidak
memperpanjang masa pemulihan dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak
diinginkan.golngan barbiturate jarang menimbulkan mual dan muntah dan hanya
sedikit menghambatpernafasan dan sirkulasi dibandingkan morfin.
Sedatif
Nonbarbiturat
Etinamat,gluetimid, dan
kloralhidrat hanya digunakn bila pasien alergi etrhadap barbiturate
Benzodiazepine
Lebih dianjurkan
daripada opioid dan barbiturate. Pada dosis biasa, obat ini tidak menambah
depresi nafas akibat opioid, selain menyebabkan tidur benzodiazepine juga
menyebabkan amnesia retrograde dan dapat mengurangi rasa cemas.
Benzodizepine tidak
larut dalam airmisalnya diazepam dan lorezepam tidak diberiakn IV karena dapat
menimbulkan iritasi vena. Tetapi dapat diberiakan secara IM dalam pelarut
propilen-glikol, sedangkan midazolam yang larut dalam air dapt diberikan secara
IV.
Efek amnesia anterograd
benzodiazepine berfmanfaat untuk pasien tertentu, tetapi efek itu diperoleh
pada dosis besar yang dapat menperpanjang masa pemulihan, kalau perlu dapat
digunkan flumazenil, (antagonis benzodiazepine)
tetapi ini tidak dapat memperbaiki depresi nafas yang telah terjadi.
Neuroleptik
Kelompok obat ini digunakan untuk mengurangi
mual dan muntah akibat anastetik pada induksi
maupun pemulihan , misalnya dropenidol yang biasanya digunakan bersama
fentanil. Kualitas sedasinya pun lebih baik dari pada kualitas sedasi yang
ditimbulkan oleh morfin saja,
Antimuskarinik
Hipersekresi kelenjar
ludah dan bronkus yang ditimbulkan oleh anastetik inhalasi dapat menganggu
pernafasan selama anastesia,. Atropine 0,4-0,6 mg IM. Mencegah hipersekresi
ini.
stadium
stadium I (analgesia) :
saat pemberian obat sampai hilang kesadaran.rasa sakit hilang,masih bisa ikuti
perintah
stadium II
(delirium/eksitasi) : saat hilang kesadaran sampai std pembedahan
stadium III (pembedahan) : saat napas teratur sampai napas spontan hilang
stadium III dibagi 4 tingkat
stadium III (pembedahan) : saat napas teratur sampai napas spontan hilang
stadium III dibagi 4 tingkat
tingkat 1 : napas
teratur spontan,gerak mata tak beraturan,miosis,napas dada & perut
seimbang,relaks otot lurik blm sempurna
ttingkat 2 : napas
teratur tp kurang dalam dibanding tk 1, mata tak gerak,pupil mulai lebar,reflek
laring (-) è intubasi
tingkat 3 : napas perut
lebih nyata dari dada, relaks otot lurik sempurna, pupil lbh lebar tp belum
maksimal
tingkat 4 : napas perut
sempurna, tek darah mulai turun, pupil sangat lebar, reflek cahaya hilang
stadium IV (paralisis medula oblongata) : napas perut melemah dibanding std iii tk 4, tek darah tak dapat diukur, denyut jantung hilang derajat rasa sakit :kuat : memotong kulit, manipulasi peritoneum, kornea, mukosa uretra
stadium IV (paralisis medula oblongata) : napas perut melemah dibanding std iii tk 4, tek darah tak dapat diukur, denyut jantung hilang derajat rasa sakit :kuat : memotong kulit, manipulasi peritoneum, kornea, mukosa uretra
sedang : manipulasi
fasia, otot, jar lemak
ringan : memotong &
menjahit usus, memotong otak
efek samping obat
anestesi umum
anestesi
inhalasi:
delirium,aspirasi(induksi&pemulihan),depresimiokard(enfluran&halotan),takikardi(enfluran,isofluran,n2o),depresi
napas, gangguanhepar,oliguri,hipotermi, hipertermi maligna,tik (enfluran,
n2o,halotan,isofluran),teratogenik(enfluran,halotan,N2O),perdarahan post SC
anestesi
parenteral: barbiturat sebabkan
kantuk,batuk,depresi napas,eksitasi, menggigil, delirium, nyeri post operasi
farmakokinetik anestesi
inhalasidalamnya anestesi umum tergantung tek parsial zat anestesi dalam otak.
Kecepatan induksi & pemulihan tergantung tekanan tersebut..
faktor yang tentukan
tekanan parsial anestesi dalam arteri & otak:
1.tekanan parsial
anestesi yang dihirup,
2.ventilasi paru,
3.pemindahan gas dari
alveoli ke aliran darah,
4.pemindahan gas dari
darah ke jaringan
anastetik
inhalasi
efek
sistem saraf pusat
Gangguan mental tidak
terdeteksi pada saat menghirup nitrat oksida 1,600 ppm (0,16 %) atau halotan 16
ppm (0,0016 %) pada sukarelawan (Frankhuizen
dkk, 1978). Oleh karena itu tidak mungkin bahwa gangguan fungsi mental
tersebut pada seseorang yang bekerja di ruang operasi dapat terjadi ketika
menghirup sedikit dari kadar obat anestesi tersebut. Waktu reaksi tidak
meningkat secara signifikan ketika menghirup nitrat oksida 10 % sampai 20 % (Garfield dkk,1975).Anestesi inhalasi
tidak menyebabkan amnesia retrogard atau gangguan fungsi intelektual jangka
panjang. Kebutuhan metabolisme oksigen di otak menurun sesuai dengan penurunan
pada aktivitas otak yang diinduksi oleh obat. Peningkatan aliran darah otak
yang diinduksi oleh obat dapat meningkatkan tekanan intrakranial (TIK) pada
pasien dengan space-occupying lesions. Efek desfluran dan sevofluran pada
sistem saraf pusat tidak membedakan obat anastesi inhalan ini dari obat inhalan
lain yang sering digunakan.
Bangkitan
kejang
Enfluran dapat
menghasilkan frekuensi yang cepat dan voltase tinggi pada EEG yang sering
berkembang menjadi aktivitas gelombang berbentuk taji yang tidak dapat
dibedakan dari perubahan yang terjadi setelah kejang. Aktivitas EEG ini mungkin
diikuti oleh kejang tonik klonik pada otot skelet di wajah dan ekstrimitas.
Terdapat kemungkinan pada bangkitan kejang yang diinduksi oleh enfluran yang
meningkat ketika konsentrasi enfluran > 2 MAC atau ketika hiperventilasi
pada paru menurunkan PaCO2 sampai < 30 mmHg. Stimulus auditori yang berulang
juga dapat memulai bangkitan kejang selama pemberian enfluran. Tidak terdapat
bukti pada metabolisme anaerobic di otak selama bangkitan kejang diakibatkan
oleh enfluran. Selain itu, pada suatu model binatang, enfluran tidak menambah
focus kejang yang sebelumnya telah ada. Dengan kemungkinan pengecualian dengan
tipe epilepsy mioklonik dan epilepsy fotosensitif tertentu (Oshima dkk,1985).
Isofluran tidak membangkitkan kejang pada EEG, pada anesthesia yang dalam, hipokapnia, atau stimula auditori berulang. Tentu saja, isofluran menekan zat konvulsan; yang mampu menekan bangkitan kejang yang diakibatkan oleh flourothyl (Koblin dkk,1980). Suatu spekulasi yang tidak terdokumentasikan bahwa nilai MAC yang lebih besar pada enfluran dibandingkan dengan isomernya, isofluran, menggambarkan kebutuhan untuk konsentrasi yang lebih tinggi untuk menekan efek stimulasi pada enfluran di sistem saraf pusat.
Desfluran dan
sevofluran, seperti pada isofluran, tidak mengasilkan bukti pada aktivitas
konvulsi pada EEG baik pada anestesi dengan level yang dalam maupun pada
terjadinya hipokapnia atau stimulasi auditori. Walaupun demikian, terdapat
laporan pada pasien pediatrik dengan epilepsi dan di sisi lain pada orang
dewasa sehat yang memiliki bukti EEG dengan bangkitan kejang selama anesthesia
sevofluran (Kaisti dkk,1999; Komatsu
dkk,1994). Sevofluran dapat menekan bangkitan kejang yang diinduksi oleh
lidokain.
Pemberian nitrat oksida
dapat meningkatkan aktivitas motorik dengan klonus dan opistotonus jika di
klinik menggunakan konsentrasi (Handerson
dkk,1990). Jika nitrat oksida diberikan pada konsentrasi tinggi di suatu
hiperbarik chamber, kekakuan otot abdomen, pergerakan ekstrimitas yang
katatonik, dan periode aktivitas otot skelet mungkin bergantian dengan periode
relaksasi pada otot skelet, klonus dan opistotonus (Russell dkk,1990). Meskipun sangat jarang, bangkitan kejang
tonik-kloinik telah dgambarkan setelah pemberian nitrat oksida pada seorang
anak yang sehat (Lannes dkk,1997).
Binatang yang menggantungkan ekornya mungkin mengalami kejang pertama kali pada
15 menit sampai 90 menit pertama setelah pemberhentian nitrat oksida tetapi
tidak pada anestesi inhalasi yang lain (Smith
dkk,1979). Terdapat kemungkinan bahwa withdrawal kejang ini menggambarkan
perkembangan refleks nitrat oksida akut. Pada pasien, delirium atau eksitasi
selama pemulihan dari anestesi termasuk nitrat oksida dapat menggambarkan fenomena
ini.
Kekuatan
bangkitan
Anestesi inhalasi
menyebabkan penurunan yang berkaitan dengan dosis pada amplitude dan
peningkatan pada latency dari komponen kortikal pada kekuatan bangkitan
somatosensori nervus medianus, kekuatan bangkitan visual, dan kekuatan
bangkitan auditori (Boisseau dkk,2002;
Lohom dkk,2001). Penurunan pada amplitude lebih menojol dibadingkan
peningkatan pada latencinya. Terdapatnya nitrat oksida 60 %, bentuk gelombang
yang adekuat untuk monitoring kekuatan bangkitan somatosensori kotikal terjadi
selama pemberian halotan 0,50 sampai 0,75 MAC dan enfluran 0,5 sampai 1,0 MAC
serta isofluran (Pathak dkk,1987).
Peningkatan konsentrasi
pada desfluran (0,5 sampai 1,5 MAC) meningkatkan penekanan kekuatan bangkitan
somatosensori pada pasien (Eger,1994).
Jika nitrat oksida digunakan secara tersendiri dapat meningkatkan amplitude
pada kekuatan bangkitan somatosensori pada kortikal.
Fungsi mental dan kesadaran
Fungsi mental dan kesadaran
Anestesi inhalan
menyebabkan hilangnya respon pada perintah verbal pada konsentrasi MAC sadar.
Efek ringan pada fungsi mental (dalam hal belajar) dapat terjadi pada
konsentrasi anestesi yang lebih rendah (konsentrasi yang sedikit sampai 0,2
MAC) (Ghoneim dan Block,1997).
Anestesi inhalan mungkin memiliki efektivitas yang berbeda dalam mempertahankan
kesadaran. Sebagai contoh, isofluran 0,4 MAC mencegah ingatan kembali dan
respon terhadap perintah sedangkan nitrat oksida membutuhkan dosis yang lebih
besar dari 0,5 sampai 0,6 MAC untuk menghasilkan efek yang sama. Stimulasi
bedah dapat meningkatkan kebutuhan anestesi untuk mencegah sadarnya pasien.
Aliran darah otak
Aliran darah otak
Anestesi inhalasi
menghasilkan peningkatan yang tergantung dosis pada aliran darah otak. Adapun
besarnya bergantung pada keseimbangan antara kerja vasodilatasi intrinsik dan
vasokonstriksi obat akibat pelepasan aliran metabolisme. Pemberian anestesi
inhalasi selama normokapnia pada konsentrasi > 0,6 MAC mengakibatkan
vasodilatasi otak, penurunan resitensi pembuluh darah otak, dan mengakibatkan
peningkatan aliran darah otak yang tergantung pada dosis (Eger,1985a).
Peningkatan aliran
darah otak yang diinduksi oleh obat terjadi meskipun terdapat penyakit penyerta
yang menurunkan metabolisme otak. Sevofluran memiliki suatu efek vasodilatasi
intrinsic otak yang tergantung dosis tetapi efek ini kurang dibandingkan pada
isofluran (Matta dkk,1999). Desfluran
dan isofluran sama dalam menigkatkan aliran darah otak dan memelihara
reaktivitas karbon dioksida (Ornstein
dkk,1993).
Nitrat oksida juga
meningkatkan aliran darah otak, tetapi pembatasan pada konsentrasi < 1 MAC
membatasi besarnya perubahan ini. Pada kenyataannya, nitrat oksida mungkin
menjadi suatu vasodilator otak yang lebih kuat dibandingkan dosis isofluran
sendiri pada manusia (Lam dkk,1994).
Aliran darah otak
mengukur adanya normokapnia dan tidak adanya stimulasi bedah. (p < 0,05. [(Dari Eger El. Isofluran (Forane) : a
compendium and reference, 2nd ed.Madison,WI : Ohio Medical Product, 1985:1-110;
dengan seizinnya] (Dari Eger El. Pharmacology of issofluran. Br J anaesth
1984;54-995; dengan seizinnya.)
Peningkatan aliran
darah otak yang diinduksi oleh obat anestesi terjadi dalam beberapa menit pada
awal pemberian obat inhalasi dan apakah tekanan darah tidak berubah atau
menurun yang menekankan efek vasodilator otak pada obat ini. Binatang yang
terpapar dengan halotan menunjukkan suatu penurunan yang bergantung pada waktu
peningkatan aliran darah otak sebelumnya yang mulai terjadi setelah sekitar 30
menit dan mencapai tingkat predrug setelah sekitar 150 menit (Albrecht dkk,1983). Normalnya aliran
darah otak menggambarkan suatu peningkatan yang menyertai pada resistensi
pembuluh darah otak yang tidak diubah oleh alfa atau beta adrenergik blok dan
tidak menghasilkan perubahan pada Ph cairan serebrospinal (Warner dkk,1985).
Pengukuran aliran darah
seseorang (ml/100 g/menit) berlawanan dengan PaCO2 (mmHg) pada pasien yang
mendapatkan isofluran atau desfluran 1,25 MAC. (Dari Ornstein E, Young WL, Fleischer LH,dkk.) Desfluran dan
isofluran memiliki efek yang sama pada aliran darah otak pada pasien dengan
lesia massa intrakranial.
(Anesthesiology 1993; 79: 498-502; dengan seizinnya)
Penurunan aliran darah
otak tidak sama dengan waktu yang diamati pada binatang, aliran darah otak
masih meningkat secara relative pada kebutuhan metabolisme oksigen otak selama
4 jam sepanjang pemberian halotan, isofluran, atau sevofluran untuk pasien
selama pembedahan Selanjutnya, pada pasien ini, isofluran mempengaruhi
kemampuan yang lebih besar untuk mempertahankan aliran darah otak global
relative pada kebuutuhan metabolisme oksigen otak dibandingkan pada halotan
atau sevofluran (Kuroda dkk,1996).
Suatu EEG yang tidak berubah selama periode
ini menunjukkan bahwa aliran darah otak ditingkatkan sepanjang waktu tanpa
suatu kekurangan dibandingkan suatu perubahan paralel pada aliran darah otak
dan kebutuhan metabolisme oksigen otak.jika dibandingkan pada 1,5 MAC,
peningkatan rata-rata pada aliran darah otak pada pasien yang mendapatkan isofluran
lebih besar dibandingkan yang mendapatkan halotan dan isofluran. B: disisi lain
nilai rata-rata pada tekanan oksigen pada vena jugularis interna (PjVO2) lebih
tinggi pada pasien yang mendapatkan isofluran. Peningkatan aliran darah otak
terjadi pada 1,5 MAC yang dipertahankan sepanjang waktu. (Dari Kuroda Y, Murakami M, Tsuruta J, dkk)Preservasi pada rasio
aliran darah otak/ kecepatan metabolisme untuk oksigen selama anestesi yang
memanjang dengan siofluran, sevofluran, dan halotan pada manusia. (Anesthesiology 1996; 84: 555-561; dengan
seizinnya.)
Autoregulasi pada
aliran darah otak (rata-rata = SE) yang diukur pada binatang. (Dari Eger EL. Farmakologi pada Isofluran.
Br J Anaesth 1984; 56:715-995; dengan seizinnya.)
Pada binatang, autoregulasi pada aliran darah otak dalam respon untuk mengubah tekanan darah sistemik yang dipertahankan selama pemberian isofluran 1 MAC tetapi tidak pada halotan (Drummond dkk,1982; Eger,1985a). Tentu saja, peningkatan pada tekanan darah sistemik menghasilkan sedikit peningkatan protrusi pada otak selama pemberian isofluran dan enfluran dibandingkan pada pemberian halotan (Drummond dkk,1982). Hal ini dipikirkan bahwa hilangnya autoregulasi selama pemberian halotan bertanggung jawab pada pembengkakan otak yang lebih besar yang tampak pada binatang yang dianestesi dengan obat ini. Anestesi inhalan termasuk desfluran dan sevofluran tidak mengubah autoregulasi pada aliran darah otak seperti yang digambarkan dengan respon pada sikulasi otak pada perubahan PaCO2 (Cho dkk,1996;Kitaguchi dkk,1993;Ornstein dkk,1993). Sebagai contoh, reaktivitas karbon dioksida serebrovaskuler digambarkan sebagai hal yang utuh selama pemberian desfluran 1 MAC (Mielck dkk,1998). Walaupun demikian, yang lain menngambarkan kerusakan pada autoregulasi oleh desfluran dengan 1,5 MAC yang hampir mengakhiri autoregulasi (Bedforth dkk,2001).
Pada binatang, autoregulasi pada aliran darah otak dalam respon untuk mengubah tekanan darah sistemik yang dipertahankan selama pemberian isofluran 1 MAC tetapi tidak pada halotan (Drummond dkk,1982; Eger,1985a). Tentu saja, peningkatan pada tekanan darah sistemik menghasilkan sedikit peningkatan protrusi pada otak selama pemberian isofluran dan enfluran dibandingkan pada pemberian halotan (Drummond dkk,1982). Hal ini dipikirkan bahwa hilangnya autoregulasi selama pemberian halotan bertanggung jawab pada pembengkakan otak yang lebih besar yang tampak pada binatang yang dianestesi dengan obat ini. Anestesi inhalan termasuk desfluran dan sevofluran tidak mengubah autoregulasi pada aliran darah otak seperti yang digambarkan dengan respon pada sikulasi otak pada perubahan PaCO2 (Cho dkk,1996;Kitaguchi dkk,1993;Ornstein dkk,1993). Sebagai contoh, reaktivitas karbon dioksida serebrovaskuler digambarkan sebagai hal yang utuh selama pemberian desfluran 1 MAC (Mielck dkk,1998). Walaupun demikian, yang lain menngambarkan kerusakan pada autoregulasi oleh desfluran dengan 1,5 MAC yang hampir mengakhiri autoregulasi (Bedforth dkk,2001).
Produksi
cairan serebrospinal
Enfluran meningkatkan
kecepatan produksi dan resistensi pada reabsorpsi cairan serebrospinal (CSS)
yang dapat berperan meningkatkan tekanan intrakranial yang berkaitan dengan
pemberian obat anestesi inhalasi (Artru,
1984a). Secara berlawanan, isofluran tidak mengubah produksi pada cairan
serebrospinal, dan pada waktu yang sama, menurunkan resistensi pada reabsorpsi
(Artru, 1984b). pengamatan yang konsisten dengan peningkatan minimal pada
tekanan intrakranial yang yang diamati selama pemberian isofluran. Peningkatan
pada tekanan intrakranial berhubungan dengan pemberian nitrat oksida yang
agaknya menggambarkan peningkatan pada aliran darah otak karena penambahan
produksi pada cairan serebrospinal tidak terjadi peningkatan pada aliran darah
otak, karena penambahan produksi pada aliran darah otak tidak mempengaruhi
hadirnya pada obat anestesi inhalasi (Artru,
1982).
Obat
Anestesi Inhalasi
1.
Dinitrogen oksida
(N2O/gas
gelak). N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak
iritatif, tidak berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah terbakar/meledak,
dan tidak bereaksi dengan soda lime absorber (pengikat CO2).
Penggunaan dalam anestesi
umumnya dipakai dalam kombinasi N2O:O2 yaitu 60% :
40%, 70% : 30%, dan 50%: 50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan
dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% :
30%. N2O sangat berbahaya bila digunakan pada pasien pneumotoraks,
pneumomediastinum, obstruksi, emboli udara, dan timpanoplasti.
Efek samping :
1. System saraf pusat ibu/janin bayi
2. sum – sum
tulang dan system reproduksi staf perawatan.
Gas N2O bukan preparat relaksan otot dan
berbeda dengan gas anatesi yang lain, preparat ini tidak memberi efek pada otot
polos yang meliputi otot polos uterus (
Marshall & Longnecker,1996). semua gas anastesi akan mendepresi sistesm saraf. Ini melipti system saraf
yang lebih tinggi maupun pusat – pusat vital dalam medulla oblongata serta
batang otak.
2.
Halotane
Halotan
merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah menguap,
tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime, dan
mudah diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4-5
kali eter atau 2 kali kloroform. Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi
cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, pemulihan
cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual/muntah,
tidak mudah terbakar dan meledak. Kerugiannya adalah sangat poten, relatif
mudah terjadi overdosis, analgesi dan relaksasi yang kurang, harus dikombinasi
dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal, menimbulkan hipotensi,
aritmia, meningkatkan tekanan intrakranial, menggigil pascaanestesi, dan
hepatotoksik. Overdosis relatif mudah terjadi dengan gejala gagal napas dan
sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian. Dosis induksi 2-4% dan pemeliharaan
0,5-2%.
Indikasi : induksi dan
pemeliharaan anastesia
Dosis : induksi 2-4 %
(anak 1,5-2%) dalam O2 atau O2/N2O. Pemeliharaan anastesi dewasa dan anak 0,5 –
2 % dalam O2/N2O.
Kontra indikasi : jaundice
dan demam yang tak dapat dijelaskan setelah pemakaina halotan. Riwayat atau
rentan terhadap hiperpireksia maligna.
Perhatian : hindari kontak
langsung dalam 3 bulan. Pertahankan pembiusan yang paling ringan pada prosedue
obstetric. Gunakan hiperventilasi sedang selama bedah saraf, hamil dan
menyusui. Dapat mempengaruhi mengemudi, adn menjalankan mesin.feokromositoma,
miestemia gravis.
Interaksi obat : meningkatkan efek obat relaksan otot
depolarisasi menambah efek relaksan otot aminoglikosida. Meningkatkan
sensivitas miokardium terhadap adrenalin, simpatomimetik lain, aminofilin,
teofilin, antiudepresan trisiklik, meningkatkan efek hipotensi karena blok
terhadap ganglion dari tubokurarin.
Nama dagang
|
Kemasan
|
Pabrik
|
Fluothane
|
Liq 50 ml,250
ml
|
AstraZeneca
|
Halothane
|
Sol50 ml, 250
ml
|
hoechst
|
3. Etil
klorida
Etil klorida
merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan mudah terbakar.
Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat hilang. Induksi dapat
dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit sesudah pemberian
anestesi dihentikan. Etil klorida sudah tidak dianjurkan lagi untuk digunakan
sebagai anestesi
umum, namun hanya untuk induksi dengan memberikan 20-30 tetes pada masker
selama 30 detik. Pada sistem tetes terbuka (open drop), etil klorida
disemprotkan ke sungkup dengan volume 3-20 ml yang menghasilkan uap _+ 3,5-5%
sehingga pasien tidak sadar dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan obat
lain seperti eter. Etil klorida juga digunakan sebagai anestetik lokal dengan
cara menyemprotkannya pada kulit sampai beku.
4. Eter (dietil eter)
Eter merupakan
cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas mengiritasi saluran napas,
mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime absorber, dan
dapat terurai oleh udara serta cahaya. Eter merupakan obat anestetik yang
,aagat kuat sehingga pasien dapat memasuki setiap tingkat anestesi. Eter dapat
digunakan dengan berbagai metoda anestesi. Pada penggunaan secara open drop
uap eter akan turun ke bawah karena 6-10 kali lebih berat dari udara.
Penggunaan secara semi closed methode datam kombinasi dengan oksigen
dan N2O tidak dianjurkan pada operasi dengan tindakan kauterisasi.
Keuntungan penggunaan eter adalah murah dan mudah didapat, tidak perlu
digunakan bersama dengan obat-obat lain karena telah memenuhi trias anestesi,
cukup aman dengan batas keamanan yang lebar, dan alat yang digunakan cukup
sederhana. Kerugiannya adalah mudah meledak/terbakar, bau tidak enak,
mengiritasi jalan napas, menimbulkan hipersekresi kelenjar ludah, menyebabkan
mual dan muntah,
serta dapat menyebabkan hiperglikemia. Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung dari
berat badan dan kondisi penderita, kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik yang
digunakan. Dosis induksi 10-20% volume uap eter dalam oksigen atau campuran
oksigen dan N2O. Dosis pemeliharaan stadium III 5-15% volume uap
eter.
Indikasi : indikasi umum
Dosis : dosis disesuaikan
berdasarkan individu
Kontraindikasi : nefritis
akut, DM, penyakit hati.
Efek samping :
salivasi,spasme laryngeal, hiperpireksia malignan, penurunan fungsi ginjal dan
hati, kejang, nekrosis, overdosis,gagal nafas, henti jantung, muntah setelah
operasi.
Interaksi obat
; peningkatan kerja kompetitif pelumpuh otot.
Nama dagang
|
Kemasan
|
Pabrik
|
Aether
Anaestheticus
|
Sol 140 ml
|
Kimia farma
|
5.
Enflurane (ethran)
Enfluran
merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap, tidak
mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan
enfluran cepat dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual dan muntah
serta masa pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5% dikombinasi dengan O2
atau campuran N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3 % volume.
Indikasi : untuk induksi
dan pemeliharaan anastesi umum.analgetik untuk persalinan normal, sebagai
anatesi tambahan pada kasus SC.
Dosis :
·
Induksi
2-4,5 % dalam 7-10 menit
·
Pemeliharaan
anastesi 0,5-3%
·
Analgetik
persalinan normal 0,25 -1 %
·
SC 0,5-1%
sebagai tambahan anastesi anastesi umum.
Kontraindikasi: kejang ,
hipertarmia maligna. Pasien dengan disfungsi hati. Jaundice atau demam
lekositosis yang tak dapat dijelaskan atau eosinofilia timbul setelah pemberian
anastesi halogen.
Perhatian : kejang,menyebabkan relaksasi uterus dan meningkatakan perdarahan
uterus. Pasien dengan sirosis ( hepatitis viral /lainnya ).
Efek samping : hipermetabolisme
otot rangka,kebutuhan oksigen meningkat dan terjadi gejala hipertermia maligna,
kejang, hipotensia,depresi nafas,asam, menggigil, mual, dam muntah.
Interaksi obat : meningkatkan
relaksasi otot non depolarisasi. P[asien dengan penggunaan INH atau obat yang
mengandung hidrazin dapat menyebabkan metabolisme enfluran dalam jumlah besar.
Nama dagang
|
Kemasan
|
Pabrik
|
|
Alytrane
|
Liq Inhalasi
100%x250 ml
|
AstraZeneca
|
|
Entrane
|
Sol 250 ml
|
Ethica
|
|
6.
Isofluran (forane)
Isofluran
merupakan eter berhalogen, berbau tajam, dan tidak mudah terbakar. Keuntungan
penggunaan isofluran adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang oleh
adrenalin serta induksi dan masa pulih anestesi cepat. Namun, harga obat ini
mahal. Dosis induksi 3-3,5% dalam O2 atau kombinasi N2-O2.
Dosis rumatan 0,5-3%.
Indikasi : inhalasi
anastesi umum
Dosis ; induksi anastesi,
konsentrasi awal 0.5 %. Anastesi bedah 1,3-3% selama 7-10menit.mempertahankan
anastesi selam pembedahan 1-2,5 % dengan pemberian simultan N2O dan O2
Kontra indikasi :
disposisi gfenetik terhadap hipertermia maligna,riwayat hipertermia maligna
atau dengan disfungsi hati , iketrik, mdemam yang tak dapat dijelaskan.
Perhatian : monitor
prnnafasan secar ketat, pengulanagan anastesi dalamperiode singkat, maternia
gravis.
Efek samping : hipotensi arterial, peningkatan denyut
jantung, gangguan fungsi hati, iritasi pada membrane mukosa.
Interaksi obat :efek
kompetisi terhadap relaksan otot lainnya, golongan non depolarisasi. Adrenalin,
Ca antagonis, dan vasodilasator lainnya.
Sediaan
;
Isofluran 3-3,5 % dalam O2 atau kombinasi NO2 – O2 → untuk induksi
Isofluran
0,5-3 % → untuk memperthankan anestesia
Jenis obat isofluran:
Nama dagang
|
Kemasan
|
Pabrik
|
|
Aeprane
|
Liq inhalasi
100%x 100 ml
|
AstraZeneca
|
|
Forane
|
Sol 100ml
|
abbott
|
|
Isoflurane
|
Botol 100ml
|
Dexa Medica
|
|
7.
Sevofluran
Obat anestetik
ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai untuk induksi
inhalasi. Induksinya enak, dan cepat terutama pada anak. Dosis induksi 6-8
vol%. Dosis rumatan 1-2 vol%.
8. Desfluran
Desfluran
adalah cairan yang mudah terbakar tetapi
tidak udah meledak, besifat absorfen dan
tidak korosif untuk logam, berbeda dengan golongannya, desfluran relative lebih
sukar menguap sehingga dibutuhkan vaporizer khusus dalam penggunaannya.
Gugus klorin pada isofluran diganti dengan flourin pada desfluran, dan ini
membuat kelarutannya menjadi lebih rendah, mendekati kelarutan N2O,
dengan potensi yang lebih rendah daripada isofluran dan memberikan induksi dan
pemulihan yang cepat di bandingkankan dengan isofluran, setelah 5-10 menit obat
dihentikan.pasien sudah dapat member tanggapan terhadap rangsangan verbal. Oleh
karena itu desfluran lebih disukai untuk prosedur bedah singkat atau pada bedah rawat jalan. Desfluran
bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk,sesak nafas, atau bahkan spesma
laringsehingga biasanyadesfluran tidak digunakan untuk induksi dan diganti denagn
anastetik intravena.
Indikasi ; induksi dan
pemeliharaan anastesi pada orang dewasa pemeliharaananastesi pada bayi dan
anak.
Dosis : induksi
premedikasi dengan opiod awal 3%, tingkatkan 0,5-1 % tiap 2-3 tarikan nafas,
setelah induksi pada orang dewasa dengan obat IV seperti thiopental atau profol, konsentrasi
suprane 0,5-1 MAC bersma dengan O2 atau N2O. Pemeliharaan denagn 2-6 % jika
dengan N2O. 2,5-8,5 %, jika dengan O2. Anak 5,2-10 % dengan atau tanpa N2O.
Kontraindikasi : pasien
yang diketahui atau secara genetis mempunyai penyakit hipertermia maligna.
Pasien dengan kontraindikasi anastesi umum.
Perhatian ; tidak
direkomendasikan untuk digunakn sebagai induksi inhalasi pada anak. tidak untuk
obat tunggal pada anastesi induksi pasien dengan resiko penyakit koroner atau
jika peningkatan denyut jantung atau tensi tidak diinginkan . dapat
meningkatkan cairan serebrospinal atau tekanan tinngi intracranial, pemicu
hipertermia maligna. Disfungsi hati. Lekositosis dan demam yang tidak dapat
dijelaskan setelah penggunaan anastesi halogen.
Efek samping : depresi
pernafasan dan hipotensi tergantung dosis. Batuk,sulit bernafas salivasi,
apneu, dan laringospasme,. Mual dan muntah peningkatan sementara lekosit.
Pemicu hipermetabolisme otot sehingga meningkatkan kebutuhan oksigen dan
hipertermia maligna, hepatitis jarang.
Interaksi obat : potensial
aksi dari relaksasi otot. Opiod dan benzodizepin menurunkan kebutuhan dosis
anastesi.
Nama dagang
|
Kemasan
|
Pabrik
|
Suprane
|
Larutan
|
Finusolprima
Farma Inter’l
|
9. Fluroksen
Fluroksen
merupakan ter berhalogen dengan sifat seperti halogen, dengan sifat seperti
eter , mudah terbakar tetapi tidak mudah meledak, fliroksen menimbulkan
analgesia yang baik, tapi relaksasi otot sangat kurang baik.
Fluroksen
Menimbulkan analgesi yang baik, tetapi relaksasi otot sangat
kurang.
.Indikasi : Mual dan muntah
Kontra indikasi: Gangguan hati dan ginjal
Efek samping :Mengantuk, gejala ekstra piramidal,
dll
Sediaan : Klorpromazin generik tablet 25, 100
mg
10. xenon
Xenon ditemukan
pada tahun 1951 sebagai gas anastetik, tetapi tidak banayk digunakan karena
sulit didapatkan dan mahal , namun xenon adalah gas anastetik yang ideal untuk
kondisi kritis karena mempunyai efek smaping yang minimal ( tidak mempengaruhi
kardiovaskular, pernafasan dll) xenon sangat tidak larut dalam darah dan
jaringan sehingga induksi dan masa pemulihnnya sangat cepat , biasanya
diberikan bersama O2 30 %.
Eter dan
sikloporan sudah tidak dipakai lagi di Negara maju, namun masih banyak dipakai
di daerah terpencil dan Negara berkembang. Metoksifluran sudah tidak banyak
dipakai lagikarena sifatnay yang sangat toksik. Etilklorida kini sudah tidak
digunakan lagi sebagai anatetik umum karena waktu induksi dan waktu
pemulihannya yang sanagat singkat. Kin, etilklorida banyak digunakan sebagai
anastetik local, dengan cara menyemprotkannya ke kulit sampai
beku.trikloretilen juga tidak banyak digunakan lagi.
anastetik
intravena
Obat anestesi
intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik
obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah
berada didalam pembuluh darah vena, obat – obat ini akan diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target organ
masing –masing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan farmakodinamiknya
masing-masing.
Anestesi yang
ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta mengembalikan kesadaran dengan
cepat segera sesudah pemberian dihentikan. Selain itu batas keamanan pemakaian
harus cukup lebar dengan efek samping yang sangat minimal. Tidak satupun obat
anestesi dapat memberikan efek samping yang sangat minimal. Tidak satupun obat
anestesi dapat memberikan efek yang diharapkan tanpa efek samping, bila
diberikan secara tunggal.
Pemilihan
teknik anestesi merupakan hal yang sangat penting, membutuhkan pertimbangan
yang sangat matang dari pasien dan faktor pembedahan yang akan dilaksanakan,
pada populasi umum walaupun regional anestesi dikatakan lebih aman daripada
general anestesi, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa teknik yang satu
lebih baik dari yang lain, sehingga penentuan teknik anestesi menjadi sangat
penting.
Pemahaman
tentang sirkulasi darah sangatlah penting sebelum obat dapat diberikan secara
langsung ke dalam aliran darah, kedua hal tersebut yang menjadi dasar pemikiran
sebelum akhirnya anestesi intravena berhasil ditemukan.
William Morton
, tahun 1846 di Boston , pertama kali menggunakan obat anestesi dietil eter
untuk menghilangkan nyeri selama operasi. Di jerman tahun 1909, Ludwig
Burkhardt, melakukan pembiusan dengan menggunakan kloroform dan ether melalui
intravena, tujuh tahun kemudian, Elisabeth Brendenfeld dari Swiss melaporkan
penggunaan morfin dan skopolamin secara intravena.
Sejak
diperkenalkan di klinis pada tahun 1934, Thiopental menjadi “Gold Standard”
dari obat – obat anestesi lainnya, berbagai jenis obat-obat hipnotik tersedia
dalam bentuk intavena, namun obat anestesi intravena yang ideal belum bisa
ditemukan. Penemuan obat – obat ini masih terus berlangsung sampai sekarang.
1.
Teknik Anestesi
Teknik anestesia
merupakan suatu teknik pembiusan dengan memasukkan obat langsung ke dalam
pembuluh darah secara parenteral, obat-obat tersebut digunakan untuk
premedikasi seperti diazepam dan analgetik narkotik. induksi anestesi seperti
misalnya tiopenton yang juga digunakan sebagai pemeliharaan dan juga sebagai
tambahan pada tindakan analgesia regional.
2.
Jenis Obat Anesthesi intravena
Dalam
perkembangan selanjutnya terdapat beberapa jenis obat – obat anestesi dan yang
digunakan di indonesia hanya beberapa jenis obat saja seperti, Tiopenton,
Diazepam , Degidrobenzperidol, Fentanil, Ketamin dan Propofol. Berikut ini akan
dijelaskan lebih jauh mengenai obat – obat anestesi intravena tersebut.
A.
Propofol ( 2,6 – diisopropylphenol )
Merupakan
derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan lebih
dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek
anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.
Propofol
digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada pasien dewasa
dan pasien anak – anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin, glycerol
dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya asam
etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik
pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).
Mekanisme kerja
Mekanisme
kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek
primernya berlangsung di reseptor GABA – A (Gamma Amino Butired Acid).
Farmakokinetik
Digunakan
secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein plasma,
eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif,
waktu paruh propofol diperkirakan berkisar antara 2 – 24 jam. Namun dalam
kenyataanya di klinis jauh lebih pendek karena propofol didistribusikan secara
cepat ke jaringan tepi. Dosis induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata – rata 30
– 45 detik ) dan kecepatan untuk pulih juga relatif singkat. Satu ampul 20ml
mengandung propofol 10mg/ml. Popofol bersifat hipnotik murni tanpa disertai
efek analgetik ataupun relaksasi otot.
Farmakodinamik
Pada sistem
saraf pusat
Dosis induksi
menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan
efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis induksi (2mg
/kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat.
Pada sistem
kardiovaskular
Dapat
menyebakan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun
sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi, pengaruh terhadap frekuensi
jantung juga sangat minim.
Sistem
pernafasan
Dapat
menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan
Dosis
dan penggunaan
a) Induksi :
2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.
b) Sedasi : 25
to 75 µg/kg/min dengan I.V infuse
c) Dosis
pemeliharaan pada anastesi umum : 100 – 150 µg/kg/min IV (titrate to effect).
d) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.
d) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.
e) Dapat
dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal 0,2%
f) Profofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.
f) Profofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.
Efek Samping
Dapat
menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa muncul
akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat
dihilangkan dengan menggunakan lidocain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat
diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal
tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan
muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan
propofol. Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati –
hati pada pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan
pankreatitis.
Jenis obat profol :
a.
Diprivan (
AstarZeneca)
b.
Frezopol 1
% (Fresenius)
c.
Recofol (
dexa medica)
B.
Tiopenton
Pertama kali
diperkenalkan tahun 1963. Tiopental sekarang lebih dikenal dengan nama sodium
Penthotal, Thiopenal, Thiopenton Sodium atau Trapanal yang merupakan obat
anestesi umum barbiturat short acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan
cepat dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1 menit
tiopenton sudah mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 – 10 menit
konsentrasi mulai menurun di otak dan kesadaran kembali seperti semula. Dosis
yang banyak atau dengan menggunakan infus akan menghasilkan efek sedasi dan
hilangnya kesadaran.
Beberapa jenis
barbiturat seperti thiopental [5-ethyl-5-(1-methylbutyl)-2-thiobarbituric
acid], methohexital [1-methyl-5-allyl-5-(1-methyl-2-pentynyl)barbituric acid],
dan thiamylal [5-allyl-5-(1-methylbutyl)-2-thiobarbituric acid]. Thiopental
(Pentothal) dan thiamylal (Surital) merupakan thiobarbiturates, sedangan
methohexital (Brevital) adalah oxybarbiturate.
Walaupun
terdapat beberapa barbiturat dengan masa kerja ultra singkat , tiopental
merupakan obat terlazim yang dipergunakan untuk induksi anasthesi dan banyak
dipergunakan untuk induksi anestesi.
Mekanisme
kerja
Barbiturat
terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat akan menyebabkan hambatan
pada reseptor GABA pada sistem saraf pusat, barbiturat menekan sistem aktivasi
retikuler, suatu jaringan polisinap komplek dari saraf dan pusat regulasi, yang
beberapa terletak dibatang otak yang mampu mengontrol beberapa fungsi vital termasuk
kesadaran. Pada konsentrasi klinis, barbiturat secara khusus lebih berpengaruh
pada sinap saraf dari pada akson. Barbiturat menekan transmisi neurotransmitter
inhibitor seperti asam gamma aminobutirik (GABA). Mekanisme spesifik
diantaranya dengan pelepasan transmitter (presinap) dan interaksi selektif
dengan reseptor (postsinap).
Farmakokinetik
Absorbsi
Pada
anestesiologi klinis, barbiturat paling banyak diberikan secara intravena untuk
induksi anestesi umum pada orang dewasa dan anak – anak. Perkecualian pada
tiopental rektal atau sekobarbital atau metoheksital untuk induksi pada anak –
anak. Sedangkan phenobarbital atau sekobarbital intramuskular untuk premedikasi
pada semua kelompok umur.
Distribusi
Pada pemberian
intravena, segera didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh selanjutnya akan
diikat oleh jaringan saraf dan jaringan lain yang kaya akan vaskularisasi,
secara perlahan akan mengalami difusi kedalam jaringan lain seperti hati, otot,
dan jaringan lemak. Setelah terjadi penurunan konsentrasi obat dalam plasma ini
terutama oleh karena redistribusi obat dari otak ke dalam jaringan lemak.
Metabolisme
Metabolisme
terjadi di hepar menjadi bentuk yang inaktif.
Ekskresi
Sebagian besar
akan diekskresikan lewat urine, dimana eliminasi terjadi 3 ml/kg/menit dan pada
anak – anak terjadi 6 ml/kg/menit.
Farmakodinamik
Pada Sistem
saraf pusat
Dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran tetapi menimbulkan hiperalgesia pada dosis
subhipnotik, menghasilkan penurunan metabolisme serebral dan aliran darah
sedangkan pada dosis yang tinggi akan menghasilkan isoelektrik
elektroensepalogram.
Sistem
kardiovaskular
Menurunkan
tekanan darah dan cardiac output ,dan dapat meningkatkan frekwensi jantung,
penurunan tekanan darah sangat tergantung dari konsentrasi obat dalam plasma.
Hal ini disebabkan karena efek depresinya pada otot jantung, sehingga curah
jantung turun, dan dilatasi pembuluh darah. Iritabilitas otot jantung tidak
terpengaruh, tetapi bisa menimbulkan disritmia bila terjadi resistensi Co2 atau
hipoksia. Penurunan tekanan darah yang bersifat ringan akan pulih normal dalam
beberapa menit tetapi bila obat disuntik secara cepat atau dosisnya tinggi
dapat terjadi hipotensi yang berat. Hal ini terutama akibat dilatasi pembuluh
darah karena depresi pusat vasomotor. Dilain pihak turunnya tekanan darah juga
dapat terjadi oleh karena efek depresi langsung obat pada miokard.
Sistem
pernafasan
Akan
mennyebabkan penurunan frekwensi nafas dan volume tidal. bahkan dapat sampai
menyebakan terjadinya asidosis respiratorik.
Dosis
Dosis yang
biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk menghindarkan efek negatif
dari tiopental tadi sering diberikan dosis kecil dulu 50-75 mg sambil menunggu
reaksi pasien.
Efek samping
Efek samping
yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga jangan memberikan obat ini
kepada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap barbiturat, sebab hal ini
dapat menyebabkan terjadinya reaksi anafilaksis yang jarang terjadi, barbiturat
juga kontraindikasi pada pasien dengan porfiria akut, karena barbiturat akan
menginduksi enzim d-aminoleuvulinic acid sintetase, dan dapat memicu terjadinya
serangan akut. Iritasi vena dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada
saat pemberian melalui I.V, hal ini dapat diatasi dengan pemberian heparin dan
dilakukan blok regional simpatis.
C.
Ketamin
Ketamine
(Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur
mirip dengan phencyclidine. Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana
awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama
(phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini
pertama kali diberikan pada tentara amerika selama perang Vietnam.
Ketamin
hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non
barbiturate general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali
diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi
umum.
Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah – muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.
Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah – muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.
Ketamin juga
sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan
mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence
phenomena.
Mekanisme
kerja
Beberapa
kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak dan
medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap
reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.
Efek farmakologis
Efek pada
susunan saraf pusat
Apabila
diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan
tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata
terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang
tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila
diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering
mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien
mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan
tekanan darah intrakranial.
Efek pada mata
Menimbulkan
lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan
tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.
Efek pada
sistem kardiovaskular.
Ketamin adalah
obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan
darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Efek pada
sistem respirasi
Pada dosis
biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat menimbulkan
dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat
pilihan pada pasien ashma.
Dosis
dan pemberian
Ketamin
merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh
darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin bersifat larut air
sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 – 2
mg/KgBB secara I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah
yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.
Untuk
pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara
intermitten diulang setiap 10 – 15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal
sampai operasi selesai.
Farmakokinetik
Absorbsi
Pemberian
ketamin dapat dilakukan secara intravena atau intramuscular
Distribusi
Ketamin lebih
larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh
organ.10 Efek muncul dalam 30 – 60 detik setelah pemberian secara I.V dengan
dosis induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 – 20 menit. Jika diberikan
secara I.M maka efek baru akan muncul setelah 15 menit.
Metabolisme
Ketamin
mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi beberapa metabolit
yang masih aktif.
Ekskresi
Produk akhir
dari biotransformasi ketamin diekskresikan melalui ginjal.
Efek
samping
Dapat
menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain
itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk
juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada
otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial.
Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.
Kontra indikasi
Mengingat efek
farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan diatas,
maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita
penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan
intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan
operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit
glaukoma dan pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik
yang sensitif terhadap obat – obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi
tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.
Jenis obat ketamin:
d.
Anasject
(danpac pharma)
e.
Ketamin
Hameln (prizer)
f.
Ivanes (
ikapharmindo )
g.
Ketalar
(prizer)
D.
Opioid
Opioid telah
digunakkan dalam penatalaksanaan nyeri selama ratusan tahun. Obat opium didapat
dari ekstrak biji buah poppy papaverum somniferum, dan kata “opium “ berasal
dari bahasa yunani yang berarti getah.
Opium
mengandung lebih dari 20 alkaloid opioids. Morphine, meperidine, fentanyl,
sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan golongan opioid yang sering
digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik. Dalam dosis
yang besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak. Opioid berbeda dalam
potensi, farmakokinetik dan efek samping.
Mekanisme
kerja
Opioid
berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf pusat dan
jaringan lain. Empat tipe mayor reseptor opioid yaitu , μ,Ќ,δ,σ. Walaupun opioid
menimbulkan sedikit efek sedasi, opioid lebih efektif sebagai analgesia.
Farmakodinamik dari spesifik opioid tergantung ikatannya dengan reseptor,
afinitas ikatan dan apakah reseptornya aktif. Aktivasi reseptor opiat
menghambat pelepasan presinaptik dan respon postsinaptik terhadap
neurotransmitter ekstatori (seperti asetilkolin) dari neuron nosiseptif.
Dosis
Premedikasi
petidin diberikan I.M dengan dosis 1 mg/kgbb atau intravena 0,5 mg/Kgbb,
sedangakan morfin sepersepuluh dari petidin dan fentanil seperseratus dari
petidin. Farmakokinetik
Absorbsi
Cepat dan
komplit terjadi setelah injeksi morfin dan meperedin intramuskuler, dengan
puncak level plasma setelah 20-60 menit. Fentanil sitrat transmukosal oral
merupakan metode efektif menghasilkan analgesia dan sedasi dengan onset cepat
(10 menit) analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 μg/Kg) dan dewasa
(200-800 μg).
Distribusi
Waktu paruh
opioid umumnya cepat (5-20 menit). Kelarutan lemak yang rendah dan morfin
memperlambat laju melewati sawar darah otak, sehingga onset kerja lambat dan
durasi kerja juga Iebih panjang. Sebaliknya fentanil dan sufentanil onsetnya
cepat dan durasi singkat setelah injeksi bolus.
Metabolisme
Metabolisme
sangat tergantung pada biotransformasinya di hepar, aliran darah hepar. Produk
akhir berupa bentuk yang tidak aktif.
Ekskresi
Eliminasi
terutama oleh metabolisme hati, kurang lebih 10% melewati bilier dan tergantung
pada aliran darah hepar. 5 – 10% opioid diekskresikan lewat urine dalam bentuk
metabolit aktif, remifentanil dimetabolisme oleh sirkulasi darah dan otot polos
esterase.
Farmakodinamik
Efek pada
sistem kardiovaskuler
System
kardiovaskuler tidak mengalami perubahan baik kontraktilitas otot jantung
maupun tonus otot pembuluh darah 3.Tahanan pembuluh darah biasanya akan menurun
karena terjadi penurunan aliran simpatis medulla, tahanan sistemik juga menurun
hebat pada pemberian meperidin atau morfin karena adanya pelepasan histamin.
Efek pada
sistem pernafasan
Dapat
meyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan penurunan frekuensi nafas,
dengan jumlah volume tidal yang menurun .11 PaCO2 meningkat dan respon terhadap
CO2 tumpul sehingga kurve respon CO2 menurun dan bergeser ke kanan, selain itu
juga mampu menimbulkan depresi pusat nafas akibat depresi pusat nafas atau kelenturan
otot nafas, opioid juga bisa merangsang refleks batuk pada dosis tertentu.
Efek pada
Sistem gastrointestinal
Opioid
menyebabkan penurunan peristaltik sehingga pengosongan lambung juga terhambat.
Endokrin
Fentanil mampu
menekan respon sistem hormonal dan metabolik akibat stress anesthesia dan
pembedahan, sehingga kadar hormon katabolik dalam darah relatif stabil.
E.
Benzodiazepin
Golongan
benzodiazepine yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah Diazepam
(valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed), diazepam dan lorazepam
tidak larut dalam air dan kandungannya berupa propylene glycol. Diazepam
tersedia dalam sediaan emulsi lemak (Diazemuls atau Dizac), yang tidak
menyebakan nyeri atau tromboplebitis tetapi hal itu berhubungan bioaviabilitasnya
yang rendah, midazolam merupakan benzodiazepin yang larut air yang tersedia
dalam larutan dengan PH 3,5.
Dosis
Dosis midazolam
bervariasi tergantung dari pasien itu sendiri.
· Untuk
preoperatif digunakan 0,5 – 2,5mg/kgbb
· Untuk
keperluan endoskopi digunakan dosis 3 – 5 mg
· Sedasi pada
analgesia regional, diberikan intravena.
· Menghilangkan
halusinasi pada pemberian ketamin.
Farmakokinetik
Obat golongan
benzodiazepine dimetabolisme di hepar, efek puncak akan muncul setelah 4 – 8
menit setelah diazepam disuntikkan secara I.V dan waktu paruh dari
benzodiazepine ini adalah 20 jam. Dosis ulangan akan menyebabkan terjadinya
akumulasi dan pemanjangan efeknya sendiri. Midazolam dan diazepam
didistribusikan secara cepat setelah injeksi bolus, metabolisme mungkin akan
tampak lambat pada pasien tua.
Farmakodinamik
Dalam sistem
saraf pusat
Dapat
menimbulkan amnesia, anti kejang, hipnotik, relaksasi otot dan mepunyai efek
sedasi, efek analgesik tidak ada, menurunkan aliran darah otak dan laju
metabolisme.
Efek Kardiovaskuler
Menyebabkan
vasodilatasi sistemik yang ringan dan menurunkan cardiac out put. Ttidak
mempengaruhi frekuensi denyut jantung, perubahan hemodinamik mungkin terjadi
pada dosis yang besar atau apabila dikombinasi dengan opioid.
Sistem
Respiratori
Mempengaruhi
penurunan frekuensi nafas dan volume tidal , depresi pusat nafas mungkin dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pasien dengan retardasi mental.
Efek terhadap
saraf otot
Menimbulkan
penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supraspinal dan spinal ,
sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan otot rangka.
F.
Etomidat
Etomidat adalah
sedative kerja sangat singkat
nonbarbiturat yang terutama digunakan untuk induksi anastesi. Obat ini
tidak berefek analgesic tetapi dapat digunakan untuk anastesia dengan tekhnik
anastesai berimbang. Etomidan mempunyai
efek minimal terhadap system kadiovaskular dan pernafasan. dengan dosis
induksi, kesadaran hilang dengan bebrapa detik tanpa efek kejantung, dengan
tekanan darah yang sedikit menurun dan frekuensi apneu yang rendah
Selama induksi dengan
etomidat tanpa medikasi para-anastetik dapat terjadi gerakan otot spontan pada
60 % pasien. Efek ini dihilangkan pemberian narkotik, sehingaa narkotik
dianjurkan untuk diberikan sebagai medikasi para-anastetik. Apneu ringan selama
15-20 menit dapat terjadi pada induksi pada etomidat,terutma pada usia lanjut
apneu ini memanjang bila etomidat diberikan bersam analgesic atau
benzodiazepine.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anastetika umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan berturut – turut menghentikan aktifitas suatu bagian tubuh. Ada 4 taraf narkosa yaitu :
Anastetika umum dapat menekan SSP secara bertingkat dan berturut – turut menghentikan aktifitas suatu bagian tubuh. Ada 4 taraf narkosa yaitu :
a. Analgesia yaitu
kesadaran berkurang rasa nyeri hilang dan terjadi euphoria ( rasa nyaman )yang
disertai impian yang mirip halusinasi.
b. Eksitasi yaitu
kesadaran hilang dan timbul kegelisahan . Kedua teraf ini disebut taraf
induksi.
c. Anastesia yaitu pernafasan menjadi dangkal dan cepat seperti keadaan tidur, reflek matamenghilang dan otot menjadi lemas.
c. Anastesia yaitu pernafasan menjadi dangkal dan cepat seperti keadaan tidur, reflek matamenghilang dan otot menjadi lemas.
d. Kelumpuhan sumsum
tulang yaitu kegiatan jantung dan pernafasan terhenti.
Anastetika Local atau
zat penghilang rasa sakit adalah obat yang pada penggunaan local merintangi
secara refersibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan itu dapat
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal – gatal, rasa panas atau
dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapai
efeknya tidak refersibel dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel – sel
saraf . Misalnya cara mematikan rasa juga dapat digunakan dengan pendingin yang
kuat. Anastetika local yang pertama adalah cocain, yaitu suatu alkoholid yang
diperoleh dari daun suatu tumbuhan alang – alang dipegunungan andes. Sejak
tahun 1982 dikembangkan pembuatan anastesi local secar sintesis yang pertama adalah
prokain dan benzokain, kemudian muncul lidocain, mepivakain dll.
B.
Saran
“Tiada gading
yang tak retak”, itulah kalimat yang dapat saya ucapkan. Karena itu kami dengan
lapang dada menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan makalah
ini.Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai growth hormone,
hormone prolaktin serta obat anastesi tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga
di luar negeri.
Daftar pustaka
asramamedicafkunhas.blogspot.com/.../anestesi-inhalasi.html
–
farmakologi dan terapan.edisi
5,.2007. departemen farmakologi dan teraupetik fakultas kedokteran universitas
Indonesia,.Jakarta.
ferli88.wordpress.com/2009/12/16/obat-anestesi-intravena/
id.wikipedia.org/wiki/Anestesi
–
ifan050285.wordpress.com/2010/03/15/obat-anestesi-inhalasi/
ISO Indonesia.2009 – 2010.penerbit
ikatan sarja farmasi Indonesia.jakarta.
jaynugraha.co.cc/2009/03/04/seputar-obat-bius/
-
Jordan,sue.2002.farmakologikebidanan.bukukedokteran.jakarta
Junaidi iskandar, dr.2009.OI
pedoman praktis Obat Indonesia. PT Bhuana Ilmu popular: Jakarta.
kuliahbidan.wordpress.com/category/asi/page/2/ -
medicastore.com/apotik_online/obat_bius_lokal.htm
rc84.wordpress.com/2009/12/13/hormon-prolaktin/
-
No comments:
Post a Comment