I.
PREMATUR
Persalinan
preterm atau partus prematur adalah persalinan yangØ
terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau
dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Manuaba, 1998 : 221). Bayi prematur
adalah Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat
kelahiran.
Walaupun
kecil, bayi prematur ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi perkembangan
intrauterin yang belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post
natal. Bayi baru lahir yang mempunyai berat 2500 gram atau kurang dengan umur
kehamilan lebih dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda
dengan prematur, walaupun 75% dari neonatus yang mempunyai berat dibawah 2500
gram lahir prematur.
A. Masalah
persalinan preterm/pematur
Kesulitan utama dalam persalinan
preterm yaitu perawatan bayi prematur yang semakin muda usia kehamilannya
semakin besar morbiditas dan mortalitas . Kekuatan / tonus otot Bayi prematur
masih lemah dan ia tidak banyak bergerak. Mereka juga lebih mudah kekurangan
kalsium dan zat besi, juga kadar gula darah yang lebih mudah turun. Kulitnya
masih sangat merah dan keriput, kepalanya relatif lebih besar dibanding
tubuhnya, tulang kepalanya teraba lunak, dan mereka lebih mudah menjadi kuning
dan jika hal ini terjadi, dan Bayi menjadi malas minum, segera bawa ke dokter.
Memang sedih melihat tubuhnya yang begitu ringkih Bayi prematur perlu diberi
susu lebih sering disbanding bayi cukup bulan karena mereka membakar kalori
lebih cepat. Makin mungil tubuhnya, makin sering nutrisi perlu diberikan.
Umumnya refleks hisap dan menelan sudah cukup baik pada bayi prematur dengan
masa kehamilan > 34 minggu (berat lahir > 2000 gram), sehingga bayi dapat
dicoba langsung menyusu pada ibunya.
Telah dibuktikan bahwa bayi
premature lebih cepat belajar menetek dibanding minum dari botol. Bila refleks
mengisap bayi sudah muncul, ia dapat langsung menetek pada ibu. Bila belum,
susu diberikan dengan sendok khusus. Bila bayi belum ada refleks menelan atau
amat lemah hingga tak bisa menelan, susu diberikan langsung ke saluran cernanya
lewat selang. Untuk bayi yang sangat prematur atau sakit, nutrisi bisa
diberikan lewat infus langsung ke pembuluh darah. Bayi prematur disesuaikan
dengan berat badannya, akan mendapatkan nutrisi secara bertahap tergantung
kondisinya. Bila ia lahir amat kecil, bayi mendapat nutrisi bertahap mulai dari
selang infus hingga akhirnya bisa menetek pada ibu. Agar ASI tersedia, ibu
harus diajarkan cara memompa atau memerah ASI secara teratur dan yang paling
penting adalah ibu tidak boleh stress, cukup istirahat dan makan. Ibu yang
stress oleh karena bayi dipisahkan dari ibunya /dirawat di RS, dapat menghambat
produksi ASI.
Masalah masalah lain yang sering
terjadi pada bayi premature yaitu:
a.
Apnea
Bayi prematur seringkali berhenti bernapas beberapa saat, disebut apnea. Apne sering ditemukan, terutama bila umur masa kehamilan di bawah 34 minggu. Oleh karena itu alat pantau sebaiknya dipasang sampai umur masa kehamilan mendekati 34 minggu.
Kebanyakan bayi bernapas kembali cukup dengan stimulasi seperti tepukan lembut di kakinya.
Bayi prematur seringkali berhenti bernapas beberapa saat, disebut apnea. Apne sering ditemukan, terutama bila umur masa kehamilan di bawah 34 minggu. Oleh karena itu alat pantau sebaiknya dipasang sampai umur masa kehamilan mendekati 34 minggu.
Kebanyakan bayi bernapas kembali cukup dengan stimulasi seperti tepukan lembut di kakinya.
b.
Sindroma Gawat Napas / Respiratory distress syndrome
(RDS)
bayi
bayi yang sangat kecil (lahir di bawah usia kehamilan 28 minggu) belum cukup
memiliki surfaktan, suatu zat penting untuk menjaga paru-paru agar tidak
menguncup. Paru-paru yang menguncup/kolaps tak bisa menangkap oksigen yang
diperlukan untuk tubuh. Kondisi kekurangan surfaktan ini bisa menyebabkan
penyakit membran hialin atau respiratory distress syndrome. Selama pernapasan
Bayi prematur belum normal, bayi akan mendapatkan bantuan oksigen, artinya bayi
akan dirawat di tempat khusus yaitu Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
B. Etiologi dan
faktor resiko
Mengenai penyebab belum banyak
yang di ketahui, Ada beberapa kondisi,medik yang mendorong untuk dilakuakan
tindakan sehingga terjadi persalinan preterm. Kondisi yang menimbulkan partus
preterm yaitu, diantaranya:
1. Hipertensi
2. Perkembangan janin terhambat
3. Solusio Plasenta
4. Plasenta Previa
5. Kelainan Rhesus
6. Diabetes
Adapun Kondisi yang menimbulkan
kontraksi
Ada beberapa kondisi ibu yang
merangsang terjadinya kontraksi spontan, yaitu kemungkinan telah terjadi
produksi prostaglandin :
1.
Kelainan bawaan uterus
Meskipun
jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus preterm dengan
kelainan uterus yang ada.
2.
Ketuban pecah dini
Ketuban
pecah mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada beberapa
kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks inkompeten, Hidramnion,
kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks, dan lain-lain, infeksi asenden
merupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya amnionitis dan
ketuban pecah.
3.
Serviks Inkompeten
Hal
ini juga mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm , riwayat
tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dapat terjadinya inkompeten. Mc
Donald menemukan 59 % pasiennya pernah mengalami dilatasi kuretase dan 8 %
mengalami 4 konisasi, Demikian pula Chamberlain dan Gibbings yang menemukan 60
% dari pasien serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49 %
mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam.
4.
Kehamilan ganda.
Sebanyak
10 % pasien dengan persalinan preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum
kehamilan ganda mempuyai panjang usia gestasi yang lebih pendek.(Wiknjosastro
et. al., 2002 : 313 )
C. Gejala
Gambaran fisik bayi prematur:
Gambaran fisik bayi prematur:
• Ukuran kecil
• Berat badan lahir rendah
(kurang dari 2,5 kg)
• Kulitnya tipis, terang dan
berwarna pink (tembus cahaya)
• Vena di bawah kulit terlihat
(kulitnya transparan)
• Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga
kulitnya tampak keriput
• Rambut yang jarang
• Telinga tipis dan lembek
• Tangisannya lemah
• Kepala relatif besar
• Jaringan payudara belum
berkembang
• Otot lemah dan aktivitas
fisiknya sedikit
• Refleks menghisap dan refleks
menelan yang buruk
• Pernafasan yang tidak teratur
• Kantung zakar kecil dan
lipatannya sedikit ( anak laki – laki )
• Labia mayora belum menutupi
labia minora ( pada anak perempuan).
D. Penanganan
Persalinan Preterm
Penanganan Umum
1.
Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu.
2.
Upayakan melakukan konfirmasi umur kehamilan bayi.
Prinsip Penanganan.
1.
Coba hentikan kontraksi uterus atau penundaan
kehamilan atau.
2.
Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan
selanjutnya.( Saifuddin et.al., 2002 : 302).
E. Kelahiran
Prematur
Kelahiran harus dilaksanakan
secara hati-hati dan perlahan-lahan untuk menghindari kompresi dan dekompresi
kepala secara cepat.Oksigen diberikan lewat masker kepada ibu selama
kelahiran.Ketuban tidak boleh dipecahkan secara artifisial.Kantong ketuban
berguna sebagai bantal bagi tengkorak prematur yang lunak dengan
sutura-suturanya yang masih terpisah lebar. Episiotomi mengurangi tekananpada
cranium bayi.Forceps rendah dapat membantu dilatasi bagian lunak jalan lahir
dan mengarahkan kepala bayi lewat perineum. Kami lebih menyukai kelahiran
spontan kalau keadaannya memungkinkan.Ekstraksi bokong tidak boleh dilakukan.
Bahaya tambahan pada kelahiran prematur adalah bahwa bokong tidak dapat
menghasilkan pelebaran jalan lahir yang cukup untuk menyediakan ruang bagi kepala
bayi yang relatif besar. tidak ditolong berbahaya bagi bayi-bayi premature. Kelahiran
presipitatus dan yang 6 Seorang ahli neonatus harus hadir pada saat kelahiran.(
Oxorn, 2003 : 588 ).
F. Pencegahan
Persalinan Preterm
Secara teknis kebidanan
persalinan preterm dapat dicegah melalui hal – hal sebagai berikut :
1.
Mencegah jarak anak terlalu rapat dengan
kontrasepsi.
2.
Pekerjaan sewaktu harus diistirahatkan dan jangan
terlalu berat.
3.
Bila dijumpai partus prematurus habitualis diperiksa
WR dan VDRL dan bila hamil banyak istirahat atau dirawat dan melakukan
pemeriksaan antenatal yang rutin selama kehamilan.
Hal – hal yang tidak dapat dicegah ;
Hal – hal yang tidak dapat dicegah ;
a.
Kausa ignota (sebab yang tidak diketahui).
b.
Vaktor Ovum.
c.
Tempat insersi plasenta.
d.
Insersi tali pusat.
e.
Plasenta previa.
f.
Congenital anomaly.
g.
Hamil ganda.
h.
Suku bangsa.
i.
Hidrorea /
Hydrorrhoe (pengeluaran cairan dari vagina selama kehamilan) ( Mochtar, 1998 :
220 ).
G. Metode
kangguru untuk merawat bayi prematur
Metode kanguru atau perawatan
bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi
yang lahir dengan berat badan rendah baik selama perawatan di rumah sakit
ataupun di rumah. Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat
lahir rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim
ibu, sehinggga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar.
Keuntungan yang di dapat dari
metode kangguru untuk merawat bayi prematur
·
Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak
·
Menstabilkan suhu tubuh , denyut jantung , dan
pernafasan bayi
·
Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan
lebih baik
·
Mengurangi strea pada ibu dan bayi
·
Mengurangi lama menangis pada bayi
·
Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
·
Meningkatkan produksi asi
·
Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di
rumah sakit
·
Mempersingkat masa rawat di rumah sakit
Kriteria bayi yang dapat
melakukan metode kangguru:
Ø
Bayi dengan berat badan ≤ 2000 g
Ø
Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai
Ø
Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik
Ø
Perkembangan selama di inkubator baik
Ø
Kesiapan dan keikut sertaan orang tua, sangat
mendukung dalam keberhasilan.
Cara melakukan metode kangguru:
Beri bayi pakaian, topi , popok dan kaus kaki yang
telah dihangatkan lebih dahulu
Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak
langsung ke kulit ibu dan pastikan kepala
bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi
dengan siku dan tungkai tertekuk
kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan
kepala agak sedikit mendongak.
Dapat pula memeakai baju dengan ukuran lebih besar
dari badan ibu , dan bayi diletakkan diantara
payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan
di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat
digunakan handuk atau kain lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian
untuk menjaga tubuh bayi.
Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas
bergerak walau berdiri , duduk , jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur ,
posisi ibu setengah duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal di
belakang punggung ibu.
Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh
ayah atau orang lain.
Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan
ibu, bayi, posisi bayi , pemantauan bayi , cara pamberian asi , dan kebersihan
ibu dan bayi.
II.
POSTMATUR/SEROTINUS
Beragam istilah digunakan untuk menggamabarkan kehamilan yang berlangsung melebihi 42
Beragam istilah digunakan untuk menggamabarkan kehamilan yang berlangsung melebihi 42
minggu,
antara lain kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan postterm, dan
pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus
dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang
didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.
A. Defenisi
Post-maturitas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia kehamilan melebihi 42 minggu.
Ketika usia kehamilan memasuki 40 minggu, plasenta mulai mengecil dan fungsinya menurun. Karena kemampuan plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang, maka janin menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber energi. Akibatnya, laju pertumbuhan janin menjadi lambat.
Post-maturitas adalah suatu keadaan dimana bayi lahir setelah usia kehamilan melebihi 42 minggu.
Ketika usia kehamilan memasuki 40 minggu, plasenta mulai mengecil dan fungsinya menurun. Karena kemampuan plasenta untuk menyediakan makanan semakin berkurang, maka janin menggunakan persediaan lemak dan karbohidratnya sendiri sebagai sumber energi. Akibatnya, laju pertumbuhan janin menjadi lambat.
Jika plasenta tidak dapat
menyediakan oksigen yang cukup selama persalinan, bisa terjadi gawat janin,
sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera otak dan organ lainnya. Cedera
tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi post-matur dan untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang melakukan induksi
persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.
B. Etiologi
Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum
Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum
C. Tanda-Tanda
Postmatur/Postterm terbagi atas 3 stadium:
1.
Stadium 1
Kulit
menunjukkanverniks kaseosa dan maserasiberupakulit kering,rapuh danmudah
mengelupas.
2.
Stadium II
Gejaladi
atas disertai pewarnaan mekonium (Kehijauan ) pada kulit.
3.
Stadium III
Terdapat
pewarnaan kekuningan pada kuku ,kulit dan talipusat .
D. Faktor
Resiko
Peningkatan resiko terkait dengan
kehamilan lewat bulan diperkirakan berkaitan dengan insufiensi uteroplasenta,
yang pada akhirnya dapat menyebabkan hipoksia janin ( clausson,1999). Suatu
penanda terkait dan faktor resiko untuk kehamilan lewat bulan adalah volume
cairan amnion yang menurun drastis pada beberapa minggu kehamilan. Penurunan
volume cairan amnion mungkin terkait pada penurunan fungsi plasenta, disebabkan
oleh tekanan pada tali pusat, terutama selama periode intrapartum (
Campbell,M.K,1997). Volume cairan amnion yang rendah juga dikaitkan dengan
beberapa kasus cairan bercampur mekonium kental ( karena lebih sedikit cairan
untuk melarutkan mekonium yang dikeluarkan), yang pada neonatus menimbulkan
masalah pneumonia akibat aspirasi mekonium. Terjadi penurunan lemak subkutan
pada beberapa janin lewat bulan, sedangkan janin yang lain kemungkinan besar
mengalami makrosomia. Hasil yang sangat bertolak belakang tersebut dikarenakan
banyak faktor yang menyebabkan kehamilan yang melebihi 42 minggu.Pemahaman
antara anatomi dan fisiologi servik akan membatu bidan dalam menimbang
penatalaksanaan yang lebih aktif untuk kehamilan lewat bulan. Kematangan servik
diketahui berhubungan dengan kesiapan jalan lahir setelah timbul tanda
persalinan oleh karena itu merupakan tanda penting bagi bidan.
E. Diagnosis
1.
Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil,
diagnosis tidak sukar.
2.
Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak ingat
HPHTnya. Hanya dengan pemeriksaan antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi
dan naiknya fundus uteri dapat membantu penegakan diagnosis.
3.
Pemeriksaan
rontgenologik dapat dijumpai pusat pusat penulangan pada bagian distal femur,
bagIan proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
4.
USG : ukuran diameter biparietal, gerkan janin dan
jumlah air ketuban
5.
Pemeriksaan
sitologik air ketuban: air ketuban diamabil dengan amniosentesis baik
transvaginal maupun transabdominal, kulitb ketuban akan bercampur lemak dari
sel sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36
minggu. Air ketuban yang diperoleh dibilas dengan sulfat biru Nil, maka sel –
sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga.
·
Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu
·
Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu
6.
Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban,
menurt warnanya karena dikeruhi mekonium.
7.
Kardiotografi, mengawasi dan membaca denyut jantung
janin, karena insufiensi plasenta.
8.
Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus
tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika
ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam
kandungan.
9.
Pemeriksaan
kadar estriol dalam urin.
10. Pemeriksaan
pH darah kepala janin
11. Pemeriksaan
sitologi vagina
F. Pengaruh
terhadap Ibu dan Janin
Ø
Terhadap Ibu
Persalinan
postmatur dapat menyebabkan distosis karena
a.
Aksi uterus tidak terkoordinir
b.
Janin besar
c.
Moulding kepala kurang.
Maka
akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia
bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan
mortalitas.
Ø
Terhadap janin
Jumlah
kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dri
kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah
besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang
bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
Komplikasi
yang mungkin terjadi pada bayi postmature, yaitu:
-hipoksia
-hipovolemia
- asidosis
-hipovolemia
- asidosis
-sindrom
gawat napas
-hipoglikemia
-hipofungsi
adrenal.
G. Penatalaksanaan
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic score=PS).Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain:
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic score=PS).Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain:
1.
Induksi
partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
2.
Induksi dengan oksitosin.
3.
Bedah seksio sesaria.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan
induksi oksitosin, pasien harus memenuhi beberapa syarat, antara lain kehamilan
aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal, tidak ada disproporsi
sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio teraba
lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga
harus dilakukan sebelumnya.
Induksi persalinan dilakukan
dengan oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%. Sebelumdilakukan induksi, pasien
dinilai terlebih dahulukesejahteraan janinnya dengan alat KTG, serta diukur
skor pelvisnya.Jikakeadaan janin baik dan skor pelvis >5, maka induksi
persalinan dapat dilakukan. Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu
dinaikkan tiap 30 menit. Sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang adekuat.
Selama pemberian infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena dikhawatirkan
dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan infus dipertahankan
hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his adekuat belum
muncul, dapat diberikan infus drip oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat
yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio
sesaria.
Metode non hormon Induksi persalinan
1.
Pemisahan
ketuban
Prosedurnya
dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu pada upaya memisahkan
membran amnion dari bagian servik yang mudah diraih dan segmen uterus bagian
bawah pada saat pemeriksaan dalam Dengan tangan terbungkus sarung tangan bidan
memeriksa wanita untuk menentukan penipisan serviks, pembukaan dan posisi
lazimnya. Perawatan dilakukanan untuk memastikan bahwa bagian kepala janin
telah turun. Pemeriksaan mengulurkan jari telunjuk sedalam mungkin melalui os
interna, melalui ujung distal jari perlahan antara segmen uterus bagian bawah
dan membaran. Beberapa usapan biasanya eektif untuk menstimulasi kontaksi awal
reguler dalam 72 jam. Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin
ke dalam sirkulasi ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat
ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun bagi
janin. Pemisahan memban servis tidak dilakukan pada kasus – kasus servisitis,
plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang tidak diketahui,
atau perdarahan pervaginam yang tidak diketahui.
2.
Amniotomi
Pemecahan ketuban secara sengaja (AROM). Saat dikaukan bidan harus memeriksa dengan teliti untuk mengkaji penipisan servik, pembukaanm posisi,, dan letak bagian bawah. Presentasi selain kepala merupakan kontrainsdikasi AROM dan kontraindikasi lainnya ketika kepala belum turun, atau bayi kecil karena dapat menyebabkan prolaps talipusat. Meskipun amniotomi sering dilakukan untuk menginduksi persalinan, namun hingga kini masih belum ada studi prospektif dengan desain tepat yang secara acak menempatkan wanita pada kelompok tertentu untuk mengevaluasi praktik amniotomi ini.
Pemecahan ketuban secara sengaja (AROM). Saat dikaukan bidan harus memeriksa dengan teliti untuk mengkaji penipisan servik, pembukaanm posisi,, dan letak bagian bawah. Presentasi selain kepala merupakan kontrainsdikasi AROM dan kontraindikasi lainnya ketika kepala belum turun, atau bayi kecil karena dapat menyebabkan prolaps talipusat. Meskipun amniotomi sering dilakukan untuk menginduksi persalinan, namun hingga kini masih belum ada studi prospektif dengan desain tepat yang secara acak menempatkan wanita pada kelompok tertentu untuk mengevaluasi praktik amniotomi ini.
3.
Pompa Payudara dan stimulasi puting.
Penggunaan
cara ini relatif lebih aman kerna menggunakan metode yang sesuai dengan
fisiologi kehamilan dan persalinan. Penangannya dengan menstimulasi selama 15
menit diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3
kali perhari.
4.
Minyak jarak
Ingesti
minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus jeruk dapat
meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika diberikan pada kehamilan
cukup bulan.
5.
Kateter forey atau Kateter balon.
Secara
umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian ballon di isi udara 25 hingg 50
mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya. Beberapa uji klinis
membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif.
6.
Aktifitas seksual.
Jika
bidan tidak merasa bahwa penatalaksanaan aktif pada persalinan lewat bula
diindikasikan, protokol dalam memuat panduan rekomendasi yang mencakup
pemberian, wakru, dosis, dan langkah kewaspadaan. Sementara pada
penatalaksanaan antisipasi, bidan dianjurkan mendokumentasikan secara teliti
rencana penatalaksanaan yang disepakati bersama oleh wanita. Bidan maupun
wanita harus memahami secara benar standar perawatan setempat untuk menangani
kehamilan lewat bulan. Wanita sebaiknya diberi tahu jika terdapat status yang tidak
mencakup pada penggunaan resep, dan bidan harus tetap merujuk pada literatur
terkini seputar penanganan kehamilan lewat bulan.
H. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilanyang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7.
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilanyang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7.
Jadi, usia kehamilannya saat ini
9 minggu.
III.
INTRA UTERINE GROWTH RETARDATION (IUGR)
Banyak
istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan janin mengalami hambatan
pertumbuhan seperti pseudomature, small for date, dysmature, fetal malnutrition
syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA).
A. Defenisi
IUGR
Definisi menurut WHO (1969),
janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami
kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan
usia kehamilannya. Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth
Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan
pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu
dari usia kehamilannya. Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai
berat badan dibawah 10 16 persentil dari kurva berat badan bayi yang normal).
Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi
lebih ditekankan untuk mental.
Menurut Gordon, JO (2005)
pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan
sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran
biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan
sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya
janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin
memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan
yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu)
atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu).
Ada dua bentuk PJT menurut
Renfield (1975) yaitu:
1.
Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang
menderita distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,
panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
2.
Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi
akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan
tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak waste dengan
tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan
mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
Pada
bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran
kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan misalnya
Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah
sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan
bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru
sesuai dengan masa gestasinya.
B. Manifestasi
Klinis
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan
PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya
tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat.
PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal
ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup
untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi.
Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan bisa diakibatkan
karena faktor genetik (kedua orangtua kecil), kebanyakan kasus PJT atau Kecil
Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa
diantaranya sbb:
PJT dapat terjadi kapanpun dalam
kehamilan. PJT yang muncul sangat dini sering berhubungan dengan kelainan
kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu)
biasanya berhubungan dengan problem lain. Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh
dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup,
janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut
jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami kematian.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan
PJT akan mengalami keadaan berikut :
·
Penurunan level oksigenasi
·
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong
identifikasi adaptasi bayi segera setelah lahir)
·
Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi
pertama di dalam kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas
·
Hipoglikemi (kadar gula rendah)
·
Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
·
Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)
Pertumbuhan normal Intrauterin
Pada masa kehamilan janin
mengalami pertumbuhan tiga tahap di dalam kandungan, yaitu:
1.
Hiperplasia, yaitu: Pada 4-20 minggu kehamilan
terjadi mitosis yang sangat cepat dan peningkatan jumlah DNA.
2.
Hiperplasia dan hipertrofi, yaitu: Pada 20-28 minggu
aktifitas mitosis menurun, tetapi peningkatan ukuran sel bertambah.
3.
Hipertrofi, yaitu: Pada 28-40 minggu pertumbuhan sel
menjadi maksimal terutama pada minggu ke 33, penambahan jumlah lemak, otot dan
jaringan ikat tubuh.
Perkembangan PJT Intrauterin:
Peningkatan rasio berat plasenta
terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet rendah nutrisi terutama
protein:
1.
Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada
kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh
makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi
sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan
nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang
simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi
hiperglikemia pada kehamilan lanjut
2.
Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan
kehamilan
Defisiensi
makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi
peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta
yang luas.
3.
Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi
pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan
plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada
kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi
yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses
perlambatan pertumbuhan yang irreversible.
C. Klasifikasi
Dikenal ada 3 macam PJT, yaitu :
Dikenal ada 3 macam PJT, yaitu :
Ø
PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris.
Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu, terjadi gangguan potensi tubuh janin untuk
memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau
infeksi janin. Prognosisnya buruk.
Ø
PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe
asimetris. Terjadi pada kehamilan 28-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh
janin untuk memperbesar sel (hipertrofi), misalnya pada hipertensi dalam
kehamilan disertai insufisiensi plasenta. Prognosisnya baik.
Ø
PJT tipe III adalah kelainan di antara kedua tipe di
atas. Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh
kombinasi antara gangguan hiperplasia dan hipertrofi sel, misalnya dapat
terjadi pada malnutrisi ibu, kecanduan obat, atau keracunan.
D. Simetris
Asimetris
Semua bagian tubuh kecil Kepala lebih besar dari
perut
Ponderal index normal Meningkat
Perbandingan kepala, perut dan panjang tangan normal
Meningkat
E. Faktor
Risiko
Kecurigaan akan PJT ditegakkan
berdasarkan pengamatan-pengamatan faktor risiko dan ketidaksesuaian tinggi
fundus uteri dan umur kehamilannya.
Faktor-faktor risiko PJT:
a.
Lingkungan sosio-ekonomi rendah.
b.
Riwayat PJT dalam keluarga.
c.
Riwayat obstetri yang buruk
d.
Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan yang
rendah.
e.
Komplikasi obstetri dalam kehamilan.
f.
Komplikasi medik dalam kehamilan.
g.
Riwayat PJT sebelumnya.
h.
Riwayat penyakit kronis.
i.
Riwayat APS (Antiphospolipid
syndrome).
j.
Indeks Massa tubuh yang rendah.
k.
Maternal hypoxia
l.
Riwayat makan obat-obatan tertentu.
m.
Perdarahan
pervaginam.
n.
Kelainan plasenta.
o.
Partus prematurus.
p.
Kehamilan ganda.
q.
Kurangnya pertambahan BB(berat badan) selama
kehamilan.
F. Etiologi
1.
Faktor ibu
a.
Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu).
Pada
trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan endotelium
trophoblas masuk jauh ke dalam arterioli miometrium sehingga aliran menjadi
tanpa hambatan menuju retroplasenter sirkulasi dengan tetap. Aliran darah yang
terjamin sangat penting artinya untuk tumbuh kembang janin dengan baik dalam
uterus. Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi oleh sel
trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta sehingga cukup untuk
menjamin aliran darah tanpa gangguan pada lumen dan arteri spiralis terbuka.
Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis
dan arteriolinya dapat menimbulkan keadaan yang bersumber dari gangguan aliran
darah dalam bentuk “iskemia retroplasenter”. Dengan demikian dapat terjadi
bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila gangguan iskemianya besar dan gangguan
tumbuh kembang janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar, tetapi aliran
darah dengan nutrisinya merupakan masalah pokok.
b.
Kelainan uterus.
Janin
yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan pertumbuhan
c.
Kehamilan kembar.
Kehamilan
dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit oleh pertumbuhan
kurang pada salah satu atau kedua janin dibanding dengan janin tunggal normal.
Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10 s/d 50 persen bayi kembar.
d.
Ketinggian tempat tinggal.
Jika
terpajang pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa janin mengalami
penurunan berat badan yang signifikan Janin dari wanita yang tinggal di dataran
tinggi biasanya mempunyai berat badan lebih rendah daripada mereka yang
dilahirkan oleh ibu yang tinggal di dataran rendah.
e.
Keadaan gizi.
Wanita
kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita gemuk cenderung
melahirkan bayi besar. Agar nasib bayi baru lahir menjadi baik, ibu yang kurus
memerlukan kenaikan berat badan yang lebih banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk
dalam masa kehamilan. Faktor terpenting pemasukan makanan adalah lebih utama
pada jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari dari pada komposisi dari kalori.
Dalam masa hamil wanita keadaan gizinya baik perlu mengkonsumsi 300 kalori
lebih banyak dari pada sebelum hamil setiap hari. Penambahan berat badan yang
kurang di dalam masa hamil menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan yang
rendah.
f.
Perokok.
Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan melahirkan bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir. Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan melahirkan bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir. Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
·
wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu
ibu akan kekurangan substrat di dalam darahnya yang bisa dipergunakan oleh
janin.
·
merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan
norepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga
terjadi pengurangan jumlah pengaliran darah kedalam uterus dan yang sampai ke
dalam ruang intervillus.
2.
Faktor anak.
a.
Kelainan congenital
b.
Kelainan
genetic
c.
Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH (toksoplasma,
rubela, sitomegalovirus, dan herpes).
Infeksi
intrauterin adalah penyebab lain dari hambatan pertumbuhan intrauterin. Banyak
tipe seperti pada infeksi oleh TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus,
dan herpes simplex) yang bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin
sampai 30% dari kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa
mengurangi berat badan lahir bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi
yang lahir sebelum terkena infeksi itu. Diperkirakan infeksi intrauterin
meninggikan kecepatan metabolisme pada janin tanpa kompensasi peningkatan
transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi
subnormal atau dismatur.
3.
Faktor plasenta
Penyebab
faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi plasenta. Faktor plasenta dapat
dikembalikan pada faktor ibu, walaupun begitu ada beberapa kelainan plasenta
yang khas seperti tumor plasenta. Sindroma insufisiensi fungsi plasenta umumnya
berkaitan erat dengan aspek morfologi dari plasenta. Parameter klinik yang
dapat digunakan untuk mendeteksi PJT yaitu ketidak sesuaian usia gestasi dengan besar
uterus, laju pertumbuhan terhambat, atau pertambahan berat badan ibu yang kurang. Kejadian
yang terbukti dengan cara ini hanya 10-25%, sehingga perlu digabung dengan
pemeriksaan dan USG Doppler.
G. Manajemen
1.
Pada kasus preterm dengan pertumbuhan janin
terhambat lakukan pematangan paru dan asupan nutrisi tinggi kalori mudah cerna,
dan banyak istirahat.
2.
Pada kehamilan 35 minggu tanpa terlihat pertumbuhan
janin dapat dilakukan pengakhiran kehamilan.
3.
Jika terdapat oligohidramnion berat disarankan untuk
per abdominam.
4.
Pada kehamilan aterm tergantung kondisi janin jika
memungkinkan dapat dicoba lahir pervaginam
H. Prognosis
1.
Ibu umumnya baik, Janin bergantung keadaannya
IV.
KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN (KJDK)/KJDR
A. Defenisi
Adalah keadaan tidak adanya
tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan
(KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada
kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.
Ø
Sebelum 20 minggu : Kematian janin dapat terjadi dan
biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak
dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
Ø
Sesudah 20 minggu : Biasanya ibu telah merasakan
gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak
merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.
B. Etiologi
1.
Perdarahan : plasenta
previa dan solusio placenta
2.
Pre eklamsi dan eklamsi
3.
Penyakit-penyakit
kelainan darah
4.
Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5.
Penyakit-penyakit saluran kencing : bakteriuria,
peelonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal
6.
Penyakit endokrin : diabetes melitus, hipertiroid
7.
Malnutrisi dan sebagainya.
C. Diagnosis :
1.
Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2.
Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3.
Palpasi
• Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin.
• Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin.
•
Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala
janin.
4.
Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar DJJ.
5.
Reaksi
kehamilan
Reaksi
kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6.
Rontgen Foto Abdomen
·
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh
darah besar janin
·
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang
janin.
·
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang
leher janin
·
Tanda
Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
·
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
·
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda
padat.
7.
Ultrasonografi
Tidak terlihat djj dan nafas janin, badan dan tunkai janin tidak terliaha bergerak, ukuran biparietal janin setelah 30 minggu terlihat tidak bertambah panjang pada setiap minggu, terlihat kerangka yang bertumpuk, tidak terlihat struktur janin, terlihat penumpukan tulang tengkorak, dan reduksi cairan yang abnormal.
Tidak terlihat djj dan nafas janin, badan dan tunkai janin tidak terliaha bergerak, ukuran biparietal janin setelah 30 minggu terlihat tidak bertambah panjang pada setiap minggu, terlihat kerangka yang bertumpuk, tidak terlihat struktur janin, terlihat penumpukan tulang tengkorak, dan reduksi cairan yang abnormal.
D. Manajemen
pada saat KJDR terjadi :
1.
Pasien di rujuk ke dokter segera setelah diketahui
KJDR
2.
Bila setelah
terdiagnosa pasti, bidan dapat melahirkan bayinya di bawah pengawasan dokter
3.
Bidan memberikan dukungan emosional kepada pasien
maupun keluarga pasien
4.
Sedikitnya 70% wanita akan melahirkan secara spontan
dalam 2 minggu kematian bayi dan lainnya akan lahir kurang dari 2 minggu.
Manajemen setelah persalinan
1.
Setelah bayi lahir kemudian diperiksa dan ditimbang,
membran dan plasenta diperiksa
bidan
memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarganya.
2.
Dokter melakukan pemeriksaan untuk menentukan
penyebab kematian
3.
Melakuakan kunjungan rumah untuk melihat KU pada
masa postpartum misalnya laktasi, involusio rahim, dan perencanaan KB
E. Pengaruh
Terhadap Ibu
Kematian janin dalam kandungan
3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Tetapi kemungkinan terjadinya
kelainan darah (hipo fibrigenemia) akan lebih besar. Karena itu pemeriksaan
pembekuan darah harus diakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila
terjadi hipofibrinogenemia. Bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya
adalah dengan pemberian darah segar atau pemberian fibrinogen.
F. Komplikasi
1.
Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu
antara kematian janin dan persalinan cukup bulan.
2.
Dapat terjadi
infeksi bila ketuban pecah.
3.
Dapat terjadi
koagulasi bila kematian janin berlangsung > 2 minggu
No comments:
Post a Comment