A.
Pengertian Kehamilan.
Kehamilan adalah
suatu masa dimana terjadi perubahan dramatis baik biologis, psikologis maupun
adaptasi pada wanita.kehamilan dan nifas kadang-kadang dapat menimbulkan
psikosis. Departemen kesehatan dan layanan kemanusiaan telah melaporkan bahwa 1
dari 8 orang akan mengalami gangguan depresi dan jumlah tersebut hampir 2 kali
lipat pada wanita
Kehamilan
Melibatkan aspek fisik dan psikis. Secara fisik,kehamilan merupakan proses yang
menakjubkan terjadi selama Sembilan bulan.Sejak meleburnya sel sperma dan sel
telur dalam rahim,proses kehamilan dimulai.Biasanya wanita saat itu belum
menyadari bahwa dirinya telah hamil.Namun organ-organ saat itu yang bertanggung
jawab untuk menjaga kelangsungan kehamilan mulai bekerja.Kerja organ ini
dipengaruhi oleh system endokrin tubuh yang menyebabkan terjadinya berbagai perubahan
fisik dan psikis
Pada trimester I kehamilan ditandai dengan
reaksi tubuh berupa mual diwaktu pagi, ketegangan payudara,perubahan fisik,
seksual, diet, pergerakan, peningkatan ukuran perut dan payudara. Pada keadaan
emosi terjadi secara berfluktuasi, periode ini faktor resiko terjadinya
gangguan psikologis misalnya reaksi terhadapg kehamilannya,pengalaman kehamilan
sebelumnya yang tidak menyenangkan, kehamilan yang motivasinya tidak
jelas,kurangnya dukungan keluarga dan perubahan gaya hidup, semuanya tampak
pada minggu I dan II pada kehamilandan berakhir pada minggu X dan XII.
Pada trimester II,
dilanjutkan dengan perubahan emosional hanya sedikit, dan berpusat pada kesan
tubuh, seksual dan janin yang sementara dikandungnya.
Pada trimester III,
reaksi emosi meningkat kembali pada saat yang sama terjadi perasaan fisik yang
kurang nyaman secara akut. Perhatian juga berubah pada hal finansial ,persiapan
ruang bayi,perlengkapan bayi sampai pada pengasuh serta kapasitas sebagai orang
tua.
Dengan demikian resiko
dan penyebab yang terkait, seperti
tersebut diatas dapat
sebagai pencetus terjadinya reaksi-reaksi
psikologis mulai tingkat gangguan emosional
yang ringan ketingkat
gangguan jiwa yang serius.
1.
ETIOLOGI
Hasil penelitian
sampai saat ini
menunjukkan etiologi yang multifaktorial. Beberapa
faktor yang dilaporkan seperti
faktor hormonal, neuroendokrin, biokemikal, psikologik,
sosial, budaya, genetik
dan kepribadian, atau hubungan timbal balik diantara faktor- faktor tersebut. Eskirol sejak
tahun 1845 telah menghubungkan faktor
keturunan penyebab gangguan tersebut.
Salah satu
dari banyak teori
yang berhubungan dengan
psikopatologi menyangkut hal melahirkan anak adalah bahwa
beberapa penelitian epidemiologi melaporkan gangguan mental
menjadi bertambah berat selama
kehamilan,disamping faktor fisiologis
mayor yang diturunkan dan stres
psikologis.
Sejauh ini
belum ada mekanisme
biokimia seperti hormonal atau
neuroendokrin yang jelas.
Dalton menyatakan
progesteron yang tiba-tiba
rendah menyebabkan penyakit mental pada masa nifas.Salah satu hal
yan memegang peranan
penting adalah
ketidakseimbangan antara hormon
estrogen dan progesteron.
2.
PENGARUH PSIKOLOGIS
PADA KEHAMILAN
Kehamilan, disamping
memberi kebahagiaan yang luar
biasa, juga sangat
menekan jiwa sebagian besar wanita.Pada beberapa wanita
dengan perasaan ambivalen mengenai kehamilan, stres mungkin meningkat.Respon
terhadap stres mungkin dapat terlihat bervariasi
yang tampak atau
tidak tampak. Sebagai
contoh,sebagian besar wanita mengkhawatirkan apakah bayinya normal. Pada mereka
yang memiliki janin dengan resiko tinggi untuk kelainan bawaan, stres
meningkat (Tunis &
Golbus, 1991).Selama kehamilan
dan terutama mendekati
akhirkehamilan, harus dibuat rencana untuk perawatan anak dan perubahan
gaya hidup yang
akan terjadi setelahkelahiran. Pada
sejumlah wanita, takut
terhadap nyeri melahirkan sangat
menekan jiwa. Pengalaman kehamilan mungkin dapat diubah
oleh komplikasi medis dan obstetrik yang dapat terjadi. Burger dkk. (1993)
telah menunjukkan bahwa wanita
dengan komplikasi kehamilan adalah
2 kali cenderung
memiliki ketakutan terhadap
kelemahan bayi mereka atau menjadi depresi. Bagaimanapun, wanita
yang memiliki gangguan mental yang
serius mengganggu kehamilan.
Pada penyakit bipolar, gangguan skizoafektif atau skizofrenia,
penyakitnya akan tampak.
3.
PEMERIKSAAN
PRENATAL
Sebaiknya masalah
mengenai kesehatan mental dibicarakan. Skrining
penyakit mental sebaiknya dilakukan pada
pemeriksaan prenatal pertama.
Ini mencakup riwayat gangguan psikiatrik dahulu, termasuk rawat inap dan
rawat jalan.Penilaian gangguan cemas
dan mood dalam kehamilan mencakup
pemeriksaan medis dasar
yang sesuai dalam hal
ini termasuk pemeriksaan
darah lengkap, fungsi tiroid,
ginjal dan hati.
Disarankan juga pemeriksaan toksikologi
urin. 5 Penggunaan obat psikoaktif sebelumnya
atau saat ini seperti juga penggunaan alkohol
dan obat terlarang
perlu dicatat. Gejala-gejala yang
menunjukkan disfungsi mental sebaiknya diperiksa.
Kondisi seperti kecemasan
dan depresi mungkin berhubungan
dengan peningkatan resiko kelahiran
prematur (Paarlberg dkk, 1996).
B.
GANGGUAN JIWA
PADA KEHAMILAN DAN PENANGANANNYA
Sejumlah besar
pengobatan psikotropik sekarang telah tersedia
untuk penanganan gangguan
mental (Kuller dkk, 1996).
Pengobatan wanita hamil
dengan agen psikotropik mencakup
mereka dengan penyakit psikiatrik sebelumnya
atau bila gangguan
emosional timbul selama kehamilan.
Sebagian besar wanita menerima farmakoterapi
dimasukkkan pada kelompok pertama dan
cenderung memiliki gangguan
yang lebih berat, seperti
gangguan bipolar, gangguan
skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor rekuen. Pada masing–masing
kasus, perlu dipertimbangkan efek
samping obat pada
bayi dibandingkan resiko
ibu tanpa diterapi. Semua
obat psikotropik melewati plasenta, sehingga
mempengaruhi perkembangan
janin. Obat psikotropik
dapat menyebabkan :
kelainan kongenital, keracunan pada bayi dan sindrom putus obat pada
bayi. Bagaimanapun pasien dengan gangguan jiwa yang berat harus ditangani oleh
ahli psikiatri, yang dapat dikonsultasikan
dengan ahli obstetri
untuk pemberian obat pada
wanita hamil.Terapi psikososial
dalam kehamilan meliputi : terapi perilaku,
psikoterapi interpersonal, terapi
kelompok, terapi keluarga dan psikoterapi suportif.
1.Gangguan Kecemasan pada
Kehamilan
Semua wanita hamil
mempunyai pengalamanperistiwa
kecemasan. Cemas terhadap perubahan fisik, kesukaran persalinan
dan kesehatan janin
yang dikandungnya.Kadang-kadang
kecemasan itu menjadi berlebihan dan
merugikan sehingga timbul
gangguan cemas seperti fobia,
perilaku menghindar serta kecemasan yang
berulang.
a.
Gangguan cemas menyeluruh
Gambaran utama gangguan ini kekhawatiran dan kecemasan yang
berlebihan tentang
kehidupankehamilan, misalnya komplikasi
kehamilan, sekalipun kehamilan itu normal, yang ditandai dengan
keteganga motorik dan hiperaktifitas motorik dan otonom misalnya: gemetar,
gugup, gelisah, cepat lelah; gejala hiperaktifitas otonom misalnya nafas:
nafas pendek, palpitasi, keringat, kaki dan tangan dingin pusing, mual,
gangguan menelan.Kewaspadaan yang berlebihan perasaan terancam,iritabel,
insomnia.
b.
Gangguan Panik
Bermanifestasi dengan ciri-ciri utama
adanya periode kekhawatiran yang
mendalam atau perasaan tidak enak
yang berlangsung beberapa menit
dan sifatnya berulang secara
tak terduga. Serangan
panic terjadinya mendadak dengan rasa takut dan kecemasan yang
berlebihan serta perasaan ingin mati. Ada laporan bahwa wanita yang hamil
mengalami peningkatan gejala panik
selama kehamilan. Gejala
yang dialami selama serangan panik
: nafas pendek,
rasa tercekik, jantung berdebar-debar, telinga
mendengung, mata kabur
/berkunang, perasaan gatal,
takut mati dan kehilangan kontol.
c.
Gangguan obsesif
kompulsif
Gangguan ini ditandai
oleh dorongan dan obsesi
berulang yang cukup
berat dan menyebabkan tekanan emosi
yang nyata. Obsesi
adalah ide yang menetap,
pikiran atau impuls
yang tidak masuk
akal, misalnya keinginan. Kompulsi adalah tingkah laku yang
berulang-ulang yang dilakukan
sebagai respon atas obsesi.
Tingkah laku kompulsif
dan pikiran obsesif menyebabkan tekanan
mental yang nyata
pada wanita hamil.
Insidens pasti gangguan
cemas menyeluruh tidak diketahui.Prevalensi gangguan
panik adalah 1 –2% dari
seluruh populasi. Ada
laporan yang menyebutkan bahwa
terjadi perbaikan gangguan
panik selama proses kehamilan
dan gejalanya menonjol
lagi pada periode pascapersalinan. Prevalensi
gangguan obsesif kompulsif selama
hidup adalah 2
– 3%. Ingram melaporkan
bahwa kehamilan adalah
pencetus terbanyak terjadinya gangguan
obsesif kompulsif.
PENANGANAN
Psikoterapi membantu
wanita hamil yang mengalami kecemasan untuk mengatasi
ketakutan dan kecemasan yang berhubungan
dengan kehamilannya.Dengan
mendiskusikan pikiran dan
perasaan yang mengganggu menyebabkan dapat lepas dari
tekanan.Pengurangan gejala kecemasan membuat wanita tersebut dapat berfungsi
efektif dalam hubungan pribadi dan keluarga dengan sendirinya kecemasan itu
akan hilang.
Pada wanita
dengan gangguan obsesif kompulsif, dimana
obsesi menetap dan
kecemasan yang tidak dapat
ditoleransi rawat inap
mungkin diperlukan. Pengobatan
noninvasif yang efektif
dari gangguan kecemasan dapat
digunakan melalui latihanrelaksasi otot
yang bertahap, visual
imagery, latihan kognitif, latihan
biofeedback. Dasar pengobatan
ini adalah relaksasi otot
dan ketegangan otot
tidak timbul pada waktu
yang sama, karena
itu wanita hamil
yang belajar unutk melemaskan
ototnya tidak akan mengalami gejala
gangguan kecemasan.
Obat anti
cemas dapat menghilangkan
gejala cemas. Penggunaan obat
anti cemas sebaiknya dihindari pada
kehamilan trimester I. Bila kecemasan berlebihan dan
mengganggu dapat diberikan
obat anti cemas golongan benzodiazepin
dan non benzodiazepine. Pasien yang hamil
dengan adanya gejala
panik yang serius dapat
diberikan alprazolam dengan
dosis minimum.
Wanita hamil
yang mendapat obat golongan benzodiazepin, bayinya akan
memberikan 2 tipe reaksi toksik, yaitu : sindrom floppy infant dan reaksi
withdrawal.1 Gilberg menghubungkan penggunaan
benzodiazepine dosis rendah yang
lama dengan sindrom
floppy infant dengan gejala
: hipotoni, letargi,
sulit mengisap, sianosis dan
hipotermia. 2,9 Rementeria
dan Bhatt menggambarkan gejala
withdrawal pada bayi baru lahir dengan penggunaan diazepam selama kehamilan
yang timbul 2 – 6 jam setelah kelahiran, terdiri dari : tremor, iritabel, hipertonia
dan semangat menghisap.
Gejala ini berhasil diatasi
dengan pemberian fenobarbital selam 6 minggu. Erkola dan kanto
merekomendasikan wanita yang
menggunakan benzodiazepin sebaiknya tidak menyusui. Penggunaan obat anti
cemas tentang terjadinya kelainan congenital masih kontroversi.
Namun, beberapa penelitian melaporkan penggunaan
diazepam selama kehamilan meningkatkan resiko
terjadinya
labiopalatoskisis.
2.Gangguan Afektif pada Kehamilan
Gejala utamanya
adalah gangguan mood disertai dengan sindrom manik atau
depresi yang bukan disebabkan oleh gangguan
mental atau penyakit
fisik.
a.Depresi mayor
Ditandai oleh mood
yang disforik, tidak
peduli pada lingkungan, kenaikan atau penurunan berat badan,
insomnia atau hipersomnia,
kelelahan, perasaan tidak berharga dan
pada kasus yang berat ada
ide yang menetap untuk
bunuh diri.
b.Gangguan bipolar
Gangguan
bipolar atau gangguan
manic ditandai oleh periode
euforia, atau iritabel
yang jelas, hiperaktifitas, insomnia, banyak bicara, tidak bisa memusatkan
perhatian dan harga
diri yang berlebihan. Baik
gangguan depresi maupun episode manik
bisa disertai gambaran
psikotik, misalnya : halusinasi
auditorik maupun ide-ide delusi, 15 – 25% diantara wanita
pernah mengalami depresi selama hidupnya.
Insidens gangguan bipolar atau gangguan manic ± 0,5 – 1,5%.
Insidens depresi mayor dan gangguan manic cenderung meningkat padaperiode
pascapersalinan.
Gejala gangguan depresi
yang lain adalah
:wajah murung, cengeng,
gelisah dan iritabilitas meningkat, sulit
konsentrasi, ragu-ragu, sering lupa,
timbul ide kematian
dan bunuh diri
biasa ditemukan pada depresi
mayor. Gejala umum mania
adalah : ketidakstabilan mood
dengan adanya peralihan mood yang cepat dari kemarahan dan depresi. Cara
bicara mania sangat cepat, keras dan
sulit dipotong.
PENANGANAN
Perencanaan kehamilan
sangat penting pada wanita
yang didiagnosis depresi
atau mania, sebaiknya kehamilannya
perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan
ahli kebidanan dan kandungan, dan
psikiater tentang masalah
resiko dan keuntungan setiap
pemakaian obat-obat
psikofarmakologi.
Rawat inap
sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan
psikofarmakologis pada trimester
I untuk kasus kehamilan
yang tidak direncanakan, dimana pengobatan
harus dihentikan segera
dan apabila terdapat riwayat
gangguan afektif rekuren.
Penggunaan antidepresan
trisiklik sebaiknya hanya pada
pasien hamil yang
mengalami depresi berat yang
mengeluhkan gejala vegetatif
dari depresi, seperti :
menangis, insomnia, gangguan nafsu makan
dan ada ide-ide
bunuh diri
Psikoterapi harus
digunakan bila ada
konflik intrapsikis yang berhubungan
dengan kehamilan.Terapi perilaku
kognitif sangat menolong pasien depresi dan dapat digunakan bersama antidepresan. Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada
pasien depresi psikotik
untuk mendapatkan respon yang
lebih cepat, bila kehidupan ibu
dan anak terancam.
Belum ada hubungan yang jelas
antara penggunaan nortriptilin, desipramin
atau golongan Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) adalah antidepresan pilihan untuk
wanita hamil, mencakup fluoksetin dan sertralin,
tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi
atau sedasi.
3.Skizofrenia
Prevalensi skizofrenia
sekitar 1% dalam kehidupan. 1,2 Karakteristik dari gangguan ini yaitu :
gangguan pikiran, persepsi
seperti halusinasi pendengaran, waham
kebesaran, asosiasi longgar dan bicara kacau. Selama fase akut,
kehamilan dan skizofrenia sering mengalami
eksaserbasi gejala psikotik, waham
cenderung aneh dan
ada hubungannya dengan perubahan
fisik dan pergerakan janin
pada kehamilan. Halusinasi pendegaran mempengaruhi langsung
pada kehamilan misalnya suara
menginstruksikan memukul
perut supaya janin
keluar. Wanita hamil dengan
adanya psikotik menolak
kehamilannya sampai melahirkan.
Pasien dengan
gangguan skizoafektif, seperti pada
mereka dengan skizofrenia, memiliki gangguan psikotik
kronik bersama dengan
gejala mood utama. Psikosis
jarang berkurang, walaupun gejala mood
sering membaik. Gangguan skizoafektif berbeda dari gangguan
mood yang lain dimana tidak terdapat
gejala psikotik, atau
gejala psikotik biasanya berespon
terhadap antipsikotik.
Penelitian menunjukkan
bahwa komplikasi obstetrik banyak
ditemukan pada wanita
hamil skizofrenia dan bayinya
juga memiliki berat
badan lahir rendah. 1,2
PENANGANAN
Wanita yang
datang dengan psikosis
pada episode pertama saat
hamil harus diperiksa dengan hati-hati
untuk menyingkirkan sebab organik
pada psikosisnya maupun
perubahan status mentalnya. Pada
wanita hamil yang
riwayat skizofrenia sebelumnya
dan masih mengkonsumsi obat, penghentian
segera obat antipsikotik
dapat menyebabka relaps akut.
Pasien harus
dirawat rumah sakit
bila rawat jalan tidak
memungkinkan. Pada umumnya peneliti
melaporkan bahwa pasien
dengan menggunakan obat
antipsikotik pada kehamilan tidak menunjukkan adanya kelainan
pada kelahiran janin.
Namun, antipsikotik
sebaiknya dihindari penggunaannya pada trimester
I.
Pada kasus yang
akut dan membahayakan ibu dan janinnya, dapat dilakukan terapi
elektrokompulsif.Terapi elektrokompulsif tidak menyebabkan persalinan kecuali
bila kehamilannya cukup bulan.
4.Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian
adalah hasil dari penggunaan mekanisme
pertahanan yang tidak cukup, stereotipi dan mal adaptasi yang
kronis. The Diagnostic and Statistical
Manual membagi 3
jenis gangguan kepribadian :
(1) paranoid, skizoid
dangangguan kepribadian skizotipal
khas diketahui dari keganjilan
atau keeksentrikannya; (2) Histerik, narkistik,
antisosial dan gangguan borderline ciri khasnya timbul secara dramatis;(3) menghindar,tergantung, kompulsif
dan kepribadian pasif-agresif ditandai dengan
ketakutan dan kecemasan.
Faktor genetik dan lingkungan penting dlam timbulnya penyakit ini,
dimana prevalensinya mungkin setinggi 20% individu yang menderita
mengenali masalahnya dan
berobat.
a.Terapi
Elektrokompulsif
Pengobatan depresi
dengan elektrosyok selama kehamilan belum diteliti lebih
mendalam. Sebuah tulisaan oleh Repke dan Berger (1984) mengatakan bahwa tidak berbahaya
bagi janin pada beberapa terapi. Griffiths dkk (1989) melaporkan
hasil wanita yang
menjalani 11 pengobatan dari 23 –
31 minggu. Mereka menggunakan thiamilal dan suksinilkolin, inkubasi dan
ventilasi selama tiap pengobatan. Mereka
menemukan bahwa jumlah epinefrin dan
norepinefrin, dopamin plasma
meningkat 2 sampai 3 kali lipat selama elektrosyok. Disamping itu denyut
jantung janin meningkat dan denyut jantung ibu, tekanan darah dan saturasi
oksigen tetap normal. Varan dkk (1985) menjelaskan deselerasi denyut jantung
janin yang bervariasi sebagai tanda khas kompresi akar saraf selama terapi
elektrokompulsif. Sherer dkk (1991)
menjelaskan bahwa wanita yang menjalani pengobatan elektrokompulsif anterpartum
mingguan dimulai pada umur
kehamilan 30 minggu.Setiap pengobatan diikuti dengan hipertensi, hipertonisitas
uterus dan perdarahan uterus, ternyata
kemudian diketahui penyebabnya adalah karena
abrupsi placenta.
Apabila
tidak sungguh-sungguh diperlukan,sebaiknya pengobatan
dengan elektrosyok ditunda sampai lewat
trimester pertama.
Masalah kesehatan
jiwa merupakan masalah yang cukup serius walaupun tidak menyebarkan kematian.
Tetapi menyebabkan penderita sejumlah dampak yang sangat serius. Mulai dari
perilaku kekerasan (terhadap diri sendiri, keluarga atau
masyarakat), tekanan pada keluarga (psikis, sosial dan ekonomi), Hilangnya usaha
produktif (ekonomi), konsumen sebagian besar adalah usia produktif (17 – 50
tahun) dan pencari nafkah utama keluarga.
b. Depresi
suatu perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah
kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding
dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang
normal.
1. Tanda depresi kehamilan
v Tidak bisa berkonsentrasi,
mengingat, atau mengambil keputusan.
v Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
terganggu
v hubungan calon ibu dengan
orang-orang sekitarnya terganggu
v Kondisi ibu mengancam keselamatan
janin
c. Psikosa
• suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa
kenyataan (sense of reality)
1. Tanda psikosis
v Halusinasi
v Sejumlah kelainan perilaku, seperti
aktivitas yang meningkat, gelisah, retardasi psikomotor dan perilaku katatonik.
2. Pencegahan
v Informasi
v ANC rutin
v Nutrisi
v Penampilan
v Aktivitas
v Relaksasi
v Senam hamil
v Latihan pernafasan
3. Penanganan
v Konsultasi :
Dokter,pskolog,psikiater dll.
No comments:
Post a Comment