Friday, May 4, 2012

KELAINAN PADA OVARIUM

BAB II PEMBAHASAN 1.SALPINGITIS AKUT Salpingitis menjalar ke ovarium hingga juga terjadi oophoritis. Salpingitis dan oophoritis diberi nama adnexitis. a.Etiologi : Paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh staphylococ, streptococ dan bac tbc. Infeksi dapat terjadi sebagai berikut : a) Naik dari cavum uteri b) Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari appendiks yang meradang c) Haematogen terutama salpingitis tuberculosa Salpingitis biasanya bilateral. b.Gejala-gejala - Demam tinggi dengan menggigil, pasien sakit keras. - Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan - Defense ki dan ka di atas lig Poupart - Mual dan muntah ; jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsangan peritoneum. - Kadang-kadang ada tenesmi ad anum karena proses dekat pada rectum atau sigmoid. - Toucher : nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri dan kanan dari uterus, kadang-kadang ada penebalan dari tuba, tuba yang sehat taj dapat diraba. Harus diketahui bahwa tekanan pada ovarium selalu menimbulkan nyeri walaupun tidak meradang. 2.MENORRHAGI DAN DYSMENORRHOE Sekunder biasanya terjadi oophoritis. Salpingoophoritis lebih sering disebut adnexitis. Karena adnexitis, terjadi perlekatan dengan usus yang dapat diraba sebagai tumor. Jadi tumor ini merupakan tumor radang dan disebut “adnex tumor”. Tumor dari ovarium sendiri disebut tumor ovarium. Kadang-kadang terjadi pyosalpinx dan pyovarium dan setelah pus diabsorpsi terjadi hydrosalpinx. Kalau tekanan dalam hydrosalpinx cukup besar maka cairan dapat mencari jalan ke dalam cavum uteri, maka sekonyong-konyong keluar cairan dari genitalia penderita (hydrops tubae prfluens). Kejadian ini dapat berulang. kalau nanah masuk ke dalam rongga perut melalui ostium tubae abdominale maka terjadilah pelveoperitonitis atau Douglas abses. Douglas abses dan peritonitis kadang-kadang terjadi karena pyoslapinx pecah walaupun ini jarang terjadi. Peritonitis gonorrhoica mempunyai tendens untuk tetap terlokalisasi tidak menjadi peritonitis umum. Pada salpingitis gonorrhoica tubae yang menjadi berat jatuh dalam cavum Douglasi dan menimbulkan retroflexio uteri fixata. Kalau ini terjadi maka pada toucher cavum Douglasi nyeri tekan dan juga pada coitus penderita mengalami perasaan nyeri (dyspareunia). Diagnosa banding : 1.Kehamilan ektopik : biasanya tidak ada demam. LED tidak meninggi dan lekositose tidak seberapa. Kalau tes kehamilan positif (Galli Mainini) maka adnexitis dapat dikesampingkan tapi kalau negatif keduanya mungkin. 2.Appendicitis : tempat nyeri tekan lebih tinggi (Mc. Burney). Terapi : - Istirahat, broad spectrum antibiotica dan corticosteroid. - Usus harus kosong. 3.ADNEXITIS KRONISA Etiologi Adnexitis kronis terjadi : a) Sebagai lanjutan dari adnexitis akut. b) Dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa. Gejala-gejala - Anamnetis telah menderita adnexitis akut - Nyeri di perut bagian bawah : nyeri ini bertambah sebelum dan sewaktu haid. Kadang-kadang nyeri di pinggang atau waktu buang air besar - Dysmenorrhoe - Menorrhagi - Infertilitas Diagnosa Dengan toucher dapat teraba adnex tumor. Adnex tumor ini dapat berupa pyosalpinx atau hydrosalpinx. Karena perisalpingitis dapat terjadi perlekatan dengan alat-alat sekitarnya. LED meninggi dan biasanya ada leko disebut salpingitis isthmica nodosa dimana proses radang hanya nampak pada pars isthmica berupa tonjolan kecil yang dapat menyerupai myoma. Adnexitis pada seorang virgo harus menimbulkan kecurigaan pada adnexitis tuberculosa. DD : Kalau adnex tumor bilateral maka diagnosa boleh dikatakan pasti. Adnex tumor yang unilateral harus dibedakan dari : - Appendicitis chronic - Kehamilan ektopik yang terganggu (abortus tubair) Terapi : - Antibiotika dan istirahat - UKG - Kalau tidak ada perbaikan dipertimbangkan terapi operatif. 4.TUMOR OVARIUM Berbagai jenis tumor ovarium pada komplikasi kehamilan. Insidensi tumor pada kelainan sel yang terjadi pada kelompok beberapa usia diketahui melalui pemeriksaan USG secara rutin selama kehamilan. Dari hasil kilas balik KAT 2 dan kawan-kawan tahun 1983 menemukan rata-rata insidensi pada masa adneksal 1-200 kehamilan. Whitecar dan asosiasi (1999) melaporkan insidensi pada 1300 kehamilan dengan tumor dilakukan laparotomi. Koonings dan rekan kerja (1988) dilaporkan pada satu neoplasma adneksa pada setiap 197 persalinan sectio caesarea. Kebanyakan tumor ovarium dan gangguan sel Whitecar dan asosiasi (1999) menjelaskan 130 masa adneksal diagnosa selama kehamilan, 30% terutama gangguan sel 28% serous or mucinous cystadenomas, 13% korpus luteal dan 70% gangguan sel lainnya. Manajemen Di awal kehamilan ovarium akan membesar, mengakibatkan suspeksi pada neoplasma. Ovarium berkurang 6 cm dari biasanya dan dari bentuk corpus lotium. Thornton and Wells (1987) melaporkan dari hasil USG pendekatan konservatif pada manajemen gangguan ovarium dapat berdasarkan pada karakteristik USG. Mereka merekomendasikan penelitian pada kehamilan diameternya meningkat 10 cm karena meningkatnya bahaya pada kanker dan membesarnya sel-sel pembesaran sel 5 cm atau kurang dapat dikesampingkan sendiri pembesaran sel harus diketahui jika memiliki pendekatan pada pembesaran sel sederhana. Whiccer dan rekan kerja perhatian karena setengah dari 41 wanita dengan pembesaran sel sederhana memiliki neoplasma. PATOLOGI KELAINAN OVARIUM Tumor ovarium merupakan entititas patologik yang sangat beragam. Keberagaman ini disebabkan oleh adanya tiga jenis sel yang membentuk ovarium normal: epitel penutup (coelomic) permukaan yang multipoten, sel germinativum totipoten, dan sel stroma/ genjel seks yang multipoten. Disgerminoma merupakan tumor yang berasal dari germ cell, dapat menghasilkan alfa feto protein. Tumor ovarium kesan ganas ini dicurigai disgerminoma jika pada makroskopisnya tampak tumor berwarna putih keabuan dengan konsistensi pada seperti daging disertai area nekrosis dan perdarahan. Disgerminoma ciri mikroskopisnya pada perbesaran lemah, tampak potongan jaringan tumor dengan sel2 yang tersusun dalam lobulus/ sarang2/ lembaran2, dipisahkan trabekulai jaringan ikat. Pada jaringan ikat ini terdapat infiltrasi sel limfosit matang. Kemudian tampak sel tumor yang besar, uniform, sitoplasma jernih dan luas karena mengandung bahan glikogen, inti bulat dan besar, anak inti jelas. Mucinous Cystadenoma Ovary dicurigai jika pada makroskopisnya tampak tumor berbentuk kista berwarna putih keabuan dengan permukaan luar yang halus dan multilokuler Mucinous Cystadenoma Ovary ciri mikroskopisnya tampak struktur dinding kista yang dilapisi sel epitel silindris, dengan inti terletak di basal, sitoplasma luas di atas (karena terdistensi bahan musin). Tampak pula lumen kelanjar berisi bahan amorf yang eosinofilik (kemerahan). Serous Cystadenoma Ovary dicurigai jika pada makroskopisnya tumor tampak berbentuk kista berwarna putih keabuan dengan permukaan luar dalam yang halus, berdinding tipis dan transparan. Serous Cystadenocarcinoma Ovary dicurigai jika pada makroskopisnya tampak jaringan ovarium yang kistik,unilokuler, putih keabuan, permukaan dalam/luar halus, dinding tipis dan transparan. Serous Cystadenocarcinoma Ovary ciri mikroskopisnya tampak sel anaplastik dengan bentukan papil yang tumbuh invasiv ke dalam stroma dinding kista. (Benign) Mature Cystic Teratoma Ovarii atau Kista Dermoid merupakan tumor yang berasal dari diferensiasi ectodermal dari sel yang totipoten. Kista dermoid sering diderita pada wanita selama masa reproduksi dengan keluhan benjolan di regio iliaca dekstra sebesar telur angsa, mobile, kenyal, dan tidak nyeri. Kista Dermoid dicurigai apabila pada makroskopis tampak bentukan kista(berongga), terdapat dermal plaque, terdapat rambut, lemak, dan jaringan lain. Mature Cystic Teratoma ciri mikroskopisnya tampak tumor cystic, dinding dilapisi epitel squamous, di bawahnya ada lapisan kulit (gld. Sebacea, rambut, sel lemak, dsb). Kadang-kadang ada struktur lain (cartilage, tulang, epitel squamous, folikel rambut, jaringan ikat) dengan komponen ektoderm yang dominan. 5.PENYAKIT TUMOR OVARIUM KISTA Penyakit kista ovarium, mungkin sebagian di antara kita masih tabu apa sebenarnya yang di maksud dengan penyakit kista ovarium. Pengertian kista ovarium Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Etiologi Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Gejala-gejala Tumor Kista Ovarium Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang mungkin kita rasakan diantaranya: - Perut terasa penuh, berat, kembung - Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil) - Haid tidak teratur - Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha. - Nyeri sanggama - Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. 6.SINDROM OVARIUM POLIKISTIK (SOPK) Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrinopati yang paling banyak dijumpai pada wanita usia reproduksi. Sindrom ini ditandai dengan kumpulan beberapa gejala seperti gangguan haid, gangguan ovulasi, hiper androgenism dan gambaran ovarium polikistik. Kurang lebih 60-70% wanita dengan berat badan lebih, dan 40-50% wanita dengan berat badan normal dapat menunjukkan gejala seperti tersebut diatas. Tentu saja hal ini menjadi terkait erat dengan kondisi infertilitas (gangguan kesuburan), terutama yang terkait dengan siklus yang tidak berovulasi. Sindrom ini juga memiliki kaitan erat dengan kondisi resistensi insulin. Tatalaksana SOPK dengan masalah gangguan kesuburan pertama adalah memperbaiki gaya hidup seperti berolahraga teratur, menciptakan berat badan yang ideal dan menjaga pola makan, kedua adalah menggunakan obat-obatan pemicu kesuburan dan yang ketiga jika memang terdapat resistensi insulin dapat diberikan obat yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Tindakan operatif “drilling” ovarium dengan laparoskopi atau pembuatan bayi tabung merupakan upaya terakhir jika cara pengobatan lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan. Diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) Gejala yang sering dikeluhkan penderita SOPK antara lain adalah siklus haid yang sering terlambat atau tidak datang haid untuk waktu yang lama. Disamping itu terdapat pula gejala lain yang terkait dengan hiperandrogenism seperti wajah yang mudah berjerawat atau tumbuh rambut yang berlebihan pada tempat-tempat yang khas untuk pria, misal kumis, janggut, jambang, dada, perut, punggung dan sebagainya. Sindrom Ovarium Polikistik dengan gangguan kesuburan Kondisi gangguan ovulasi menyebabkan SOPK menjadi salah satu penyebab dari gangguan kesuburan. Kondisi oligo/anovulasi dapat dikenali dari adanya perubahan siklus haid. Jika siklus haid yang normal adalah berkisar antara 21-35 hari, maka perubahan siklus haid yang pada awalnya dikeluhkan oleh penderita SOPK ini adalah siklus haid yang jarang (melebihi 35 hari) atau bahkan tidak mendapat haid lebih daripada 3 bulan. Jika kondisi ini telah terjadi menahun maka keluhan gangguan haid lain yang akan dikeluhkan adalaadanya siklus haid yang ireguler atau tidak teratur. Haid menjadi lama, kadang hanya bercak-bercak darah saja, dan kadang menjadi banyak . Kegemukan, resistensi insulin dan gangguan kesuburan SOPK sering dikaitkan dengan adanya timbunan lemak tubuh yang berlebihan terutama di dalam rongga perut. Pasien yang memilki indeks massa tubuh (IMT) lebih besar dari pada 25 kg/m2 atau lingkar perut yang lebih besar dari pada 80 cm akan sangat berisiko untuk memiliki kelainan SOPK ini. Timbunan lemak yang berlebihan terutama di dalam rongga perut akan menimbulkan perubahan keseimbangan zat-zat kimiawi tertentu yang dapat mengakibatkan menurunnya sensitivitas insulin. Kadar insulin menjadi lebih tinggi daripada normal. Kondisi hiperinsulin ini disebut dengan istilah resistensi insulin. Berdasarkan kriteria yang diteliti oleh dr. Muharam dan rekan, maka kondisi resistensi insulin dapat ditegakkan jika dijumpai kadar insulin puasa lebih daripada 10.1 ui/ml atau jika dijumpai nisbah glukosa puasa terhadap insulin puasa kurang daripada 10 ui/ml. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada, ternyata kondisi resistensi insulin hanya dijumpai pada penderita obesitas saja. Namun telah banyak dibuktikan bahwa penderita SOPK dengan berat badan normal pun dapat menunjukkan gejala resistensi insulin. Kondisi resistensi insulin pada penderita SOPK dengan berat badan normal (langsing) terkait erat dengan lingkar pinggang lebih daripada 80 cm atau karena faktor genetika. Kondisi resistensi insulin dapat dicurigai jika dijumpai gejala klinis seperti IMT>25 kg/m2, lingkar perut>80 cm, lipatan sub-skapula>50 mm, dan akantosis nigrikans . Penanganan gangguan kesuburan 1.Penurunan berat badan dan perubahan gaya hidup Jika penderita SOPK memiliki IMT yang lebih dari pada 25 kg/m2 maka pilihan terapi utama untuk mengatasi gangguan kesuburan adalah menurunkan berat badan. Penurunan berat badan dapat memperbaiki resistensi insulin dan juga sekaligus dapat mengatasi masalah ovulasi pada SOPK dengan masalah kelebihan berat badan. Prinsip tatalaksana ini adalah memperbaiki gaya hidup. Olah raga teratur, mengurangi asupan kalori yang berlebih, sehingga tercapai berat badan tertentu . Penurunan berat badan sebesar 5% dapat memperbaiki resistensi insulin dan sekaligus dapat meningkatkan kejadian ovulasi sebesar 50% . Penurunan berat badan sebanyak 5% sudah cukup untuk memperbaiki siklus menstruasi sebesar 80%. Disamping itu penurunan berat badan sebesar 5-10% saja sudah dapat melindungi penderita SOPK dengan resistensi insulin terhadap tipe 2 diabetes melitus dan dislipidemia . Program penurunan berat badan bagi pasien dengan indeks masa tubuh (IMT) antara 27-30 kg/m2 merupakan hal yang sangat penting bagi penderita SOPK. Pengurangan kalori antara 300-500 kalori per hari dapat menurunkan berat badan sebanyak 10% dalam 6 bulan. Bagi penderita SOPK dengan IMT >35 kg/m2, pengurangan kalori sebanyak 500-1000 kalori per hari dapat menurunkan berat badan 500-1000 gram per minggu . Diet rendah lemak dan gula serta banyak makan sayuran sangat dianjurkan bagi pasien dengan berat badan berlebih atau obesitas . Olahraga aerobik teratur seperti berjalan kali selama 30 menit per hari dapat bermanfaat untuk menurunkan berat badan. Kegiatan lain seperti yoga, relaksasi, meditasi dan sebagainya dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar gula darah puasa dan kadar kolesterol. 2. Induksi ovulasi Terdapat beberapa cara untuk induksi ovulasi. Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu terapi lini pertama dan terapi lini kedua. Terapi lini pertama adalah penggunaan obat-obatan, dan obat induksi ovulasi yang terkenal untuk SOPK adalah klomifen sitrat . Jika terdapat kegagalan klomifen sitrat menghasilkan ovulasi maka perlu diperhatikan kemungkinan adanya resistensi insulin. Terapi kombinasi antara klomifen sitrat dengan obat yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin seperti metformin atau actos® dilaporkan mampu memperbaiki kemampuan ovulasi. Jika pengobatan lini pertama gagal, maka pilihan berikutnya adalah terapi lini kedua yaitu “drilling” ovarium dengan laparoskopi atau langsung ke program bayi tabung.

No comments:

Post a Comment